Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kajian Peredaran Planet Dalam Perspektif Al-Quran, Niscaya Akan Meningkatkan Iman

PEREDARAN PLANET

Kajian Peredaran Planet Dalam Perspektif Al-Quran, Niscaya Akan Meningkatkan Iman

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Sejak dahulu beberapa planet telah diketahui oleh manusia selain Bumi kita, yaitu: Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus. Sedangkan  tiga planet lainnya ditemukan kemudian  setelah berkembangya teknologi yang lebih canggih yaitu: Uranus, Neptunus, dan Pluto.

Jika kita membaca kitab-kitab klasik maka kita akan menemukan kata kaukab (jamaknya kawakibuntuk menunjukkan arti planet-planet. Al-Quran  juga menyebutkan planet-planet itu dengan sebutan kaukab tanpa menyebutkan jumlahnya. Walaupun dalam sebahagian ayat-ayat Al-Quran penyebutan kawakib disebut dengan bintang bukan planet.

Dalam Kitab Suci Al-Quran kita banyak menemukan kata kaukab diantaranya di dalam surat Al-An’am ayat 76

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ

“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam".

Begitu juga di dalam QS. al-Infitar (82) ayat 1-2 Allah swt berfirman :

اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتۡۙ

وَاِذَا الۡكَوَاكِبُ انْتَثَرَتۡۙ

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,”

Dalam ayat di ini kita kesulitan untuk membedakan benda-benda langit manakah yang dimaksudkan.

 

Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-Nur ayat 35:

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚ نُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Proyeksi cahaya kesebuah benda yang dipantulkan (dengan kaca) dan memancarkan kilau mutiara, seperti sebuah planet yang diterangi oleh matahari. Inilah satu-satunya penjelasan rinci yang mengacu pada kata kaukab yang kata ini dapat dijumpai dalam Al-Quran.

Pada era perkembangan teknologi sekarang ini kita telah mengetahui tidak ada benda-benda langit yang terdekat dengan kita kecuali planet. Matahari adalah bintang satu-satunya yang terdekat dengan bumi kita dan yang ada dalam sistem tata surya. Rasanya terjemahan kata kawakib paling tepat dengan artian planet. Karena benda langit yang menghiasi dunia dan yang terdekat dengan Bumi hanyalah planet-planet yang kita kenal saat ini.

Mari kita kaji ayat Qur'an yang menjelaskan tentang Planet-planet beredar pada garis edar di langit berada pada surat Yasin ayat 38:

وَالشَّمْسُ تَجْرِيْ لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِۗ

“ dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui.” (Surat Yasin Ayat 38)

Bumi merupakan planet yang dihuni oleh jutaan umat manusia dari masa ke masa. Di bumi, manusia tinggal dengan semua kejadian alam yang menopang kehidupannya. Mulai dari silih bergantinya siang dan malam, pasang dan surutnya air laut, terjadinya empat musim, hingga adanya iklim bumi yang berbeda-beda di setiap wilayah.

Fenomena alam tersebut merupakan ayat kauniyah. Tanda-tanda yang Allah berikan kepada manusia agar manusia bisa mengenal dan mengingat-Nya, tentunya bagi manusia yang mau berfikir dan bertafakkur. Mengingat begitu besarnya kasih sayang Allah swt kepada manusia hingga apa yang ada di bumi ini sejatinya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, termasuk gejala pergantian empat musim dan adanya perbedaan iklim di masing-masing wilayah bumi. Adanya empat musim dan perbedaan iklim tersebut ternyata juga diisyaratkan Allah dalam Surat Ar-Rahman ayat 17.:

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ

“Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya

Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari

Dalam surat Ar-Rahman ayat 17, Allah memberikan penegasan terhadap ayat kauniyah-Nya. Allah swt merajai dan mengatur kejadian di alam semesta. Adapun lafadz surat Ar-Rahman ayat 17 adalah sebagai berikut:

رَبُّ ٱلْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ ٱلْمَغْرِبَيْنِ

Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.”

Di dalam Tafsir Kemenag ayat tersebut mengandung penjelasan tentang peredaran matahari dan bulan. Allah telah menciptakan keduanya kemudian mengatur peredarannya dengan perhitungan yang cermat dan tepat.

Sungguh Allah telah memelihara dua tempat tersebut, dua tempat terbenam matahari. Kemudian atas perubahan-perubahan tersebut muncullah siang dan malam serta musim yang silih berganti, kemudian iklim yang berbeda-beda di setiap bagian bumi. Dua Timur dan Dua Barat menyiratkan bentuk Bumi yang bulat. Karena hanya pada benda-benda yang berbentuk seperti bola saja peristiwa-peristiwa yang seoerti itu dapat terjadi. Dalam ilmu pengetahuan seperti geografi bentuk bumi ini senyatanya memang bulat. Adanya aat ini membuktikan bahwa Al-Quran dan ilmu pengetahuan memang tidak ada pertentangan.

Sesungguhnya ayat ini juga mengandung pengertian tentang peredaran Bumi yang mengelilingi Matahari. Kedua tempat terbit dan terbenam matahari yang disebutkan pada ayat di atas merupakan akibat dari berputarnya Bumi terhadap Matahari. Waktu perederan merekapun sangat tepat dan tidak pernah terlambat. Atas gerak peredaran Bumi dan Matahari tersebut muncullah kejadian siang dan malam seperti yang juga difirmankan Allah swt dalam surat Al-Qashash ayat 71, 72, dan 73.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa peredaran Bumi ini tidak hanya berkaitan dengan Matahari saja, tetapi juga bersinggungan dengan Bulan. Bulan yang pada siang hari tidak tampak, dan hanya terlihat pada malam hari adalah akibat dari gerak orbit Bulan yang mengelilingi Bumi. Beberapa kejadian seperti fenomena gerhana bulan dan  gerhana Matahari juga sebagai akibat dari gerak orbit ini.

Peredaran Bulan ini akhirnya dapat digunakan manusia sebagai acuan dalam menentukan sistem penanggalan dalam Islam. Sistem penanggalan tersebut bernama penanggalan Hijriyah. Di samping pula terdapat sistem penanggalan yang menurut peredaran Matahari yaitu sistem penanggalan Syamsiyah.

Isyarat Empat Musim dan Perbedaan Iklim di Bumi

Peredaran Bumi, Bulan, dan Matahari yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 17 juga menimbulkan fenomena-fenomena alam lain yang juga berdampak bagi kehidupan manusia di bumi. Akibat peredaran tersebut muncullah empat musim di Bumi yang silih berganti.

Al-Mahalli dan As-Suyuthi dalam Kitab Tafsir Jalalain menuturkan bahwa ayat tersebut mengandung pengertian musim dingin dan musim panas. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah  menjelaskan secara lebih detail dan rinci mengenai isyarat empat musim yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ayat 17. Fenomena terbit dan terbenamnya Matahari di dua tempat tersebut disebabkan oleh kecondongan garis edar Bumi yang mengedari Matahari selama 523,5 derajat.

Kebelahan Bumi utara yang condong ke Matahari pada musim panas akan mengakibatkan siang lebih panjang daripada malam. Kondisi ini berlangsung hingga matahari mencapai ujung utara garis bujur timur dan Barat. Lalu kembali sedikit demi sedikit hingga tiba musim gugur.

Kondisi pada musim ini mengakibatkan malam lebih panjang daripada siang dan berlangsung hingga Matahari bergeser ke selatan yang menjadi tanda dimulainya musim dingin. Kemudian Matahari akan bergeser hari demi hari hingga mencapai garis bujur Timur dan Barat pada saat musim semi.

Wahbah al-Zuhaili dalam al-Tafsir al-Wasith menjelaskan bahwa dua tempat terbit dan terbenam suah Ar-Rahman ayat 17 di atas adalah tempat terbit dan terbenam pada musim panas dan musim hujan yang  berarti Allah menjaga, mengatur dan memelihara matahari sehingga terjadi empat musim di bumi yaitu musim semi, panas, gugur dan musim dingin. Selain itu akibat gerak orbit Bumi dan Maatahari ini muncullah perbedaan iklim yang terjadi di wilayah Bumi seperti iklim sedang, dingin, tropis dan subtropis.

Dalam kitab Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Takwil, al-Baidhawi menjelaskan bahwa dari surat Ar-Rahman ayat 17 tersebut mengandung pengetahuan tentang perbedaan iklim serta pergantian musim. Selain itu mengandung pengertian juga bahwa terdapat faedah manfaat yang Allah berikan kepada manusia dari fenomena tersebut.

Adanya perbedaan iklim dan pergantian musim tersebut membawa dampak yang baik bagi manusia seperti terjadinya musim tanam, musim panen, dan sebagainya yang memberikan manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk Allah yang lain untuk beraktivitas. 

Berikutnya, coba kaji ayat 33 dalam QS.Al-Anbiya, Allah swt berfirman :

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.(QS Al-Anbiya : 33)

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata Matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa, mencapai 720 ribu km per jam atau 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan dan berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Semua benda langit tersebut bergerak sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Ternyata Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan yang luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa memotong lintasan atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan. Subhanallah….sungguh Maha Suci Allah. Allahuakbar…sungguh Allah swt Maha Besar

Sejenak mari kita perhatikan perbedaan peredaran planet-planet jagat raya. Kita akan lihat sebagian ada yang beredar bersama teman-temannya dan tidak pernah terpisah dari mereka. Planet-planet ini selalu berjalan bersama. Tapi sebagian lagi berjalan bebas, tidak terikat dengan teman dalam kelompoknya. Bahkan apabila kebetulan bertemu dengan bintang lain di satu manzilah, mereka bersama hanya dalam satu malam untuk kemudian berpisah pada malam berikutnya. Sehingga, apabila kita melihat ia dan temannya, kita menyaksikan mereka bercerai dan saling menjauh seakan-akan mereka tidak pernah bersama-sama. Nama bintang, yaitu Ursa mayor dan Ursa minor. Bintang-bintang yang beredar itu punya dua peredaran yang amat berbeda.

Pertama adalah peredaran umum, yaitu ketika ia beredar bersama-sama orbitnya. Dan yang kedua adalah peredaran khusus di mana dialah yang beredar di orbitnya. Itu diumpamakan dengan seekor semut yang merambat di penggilingan yang memutar ke arah kiri, sedang semut tersebut berjalan ke kanan. Semut itu punya dua gerakan yang berbeda arah. Salah satunya dengan tenaganya dan yang satu lagi terpaksa dialaminya karena mengikuti perputaran penggilingan ke arah yang bukan arahnya.

Bintang-bintang itu beredar maju ke arah timur, dan orbitnya beredar ke arah barat. Tanyailah kaum zindiq, kaum yang oleh Imam al-Gazali dikatakan sebagai orang-orang yang mengingkari adanya wujud Allah SWT,. hukum alam apa yang menyebabkan hal seperti itu terjadi? Kenapa semuanya tidak beredar secara permanen atau berpindah-pindah, atau punya ukuran sama, bentuk sama, gerakan sama, dan peredaran yang sama pula? Tentunya hal ini tidak lain adalah aturan Allah swt yang hikmah-Nya mencengangkan akal, dan yang ciptaan-Nya membuktikan bahwa Dialah Pencipta Yang Tiada Sesuatu Pun Yang Menyamainya. Dia menciptakan dengan amat baik. Dialah Tuhan Yang Maha Tahu dan Bijaksana. Ini merupakan salah satu ayat-Nya yang membuktikan bahwa Dia ada. Ayat seperti ini mampu mengantarkan pikiran manusia kepada Alllah swt jika sekiranya mereka melakukan perenungan kepada-Nya.

Ayat seperti ini mampu menyadarkan manusia bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan sesungguhnya ada Allah swt yang Maha Mengatur berbagai perputaranatau peredaran bintang tersebut.Sebagaimana firman Allah swt:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

 "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada slang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (al-A'raaf: 54)

Jika kita bertanya-tanya mengapa sebagian bintang ada yang menetap permanen dan ada pula yang berpindah-pindah? Apa hikmahnya? Jawab yang logisnya adalah, kalau semuanya permanen, akan lenyaplah hikmah yang timbul dari perpindahannya di setiap manzilah dan akan lenyap pula hikmah dari peredarannya pada rasi bintang. Tapi kalau semuanya berpindah-pindah, peredarannya tidak punya manzilah yang dipakai untuk mengenali atau mengukurnya. Karena peredaran bintang yang berpindah-pindah hanya diukur dengan bintang yang permanen, seperti halnya perjalanan orang yang berjalan di muka bumi diukur dengan manzilah-manzilah yang mereka lewati. Jadi, kalau semuanya mengikuti satu cara beredar, tentu sistemnya akan kacau dan hikmah yang terdapat dalam perbedaannya akan lenyap. tentunya bagi orang-orang zindiq akan berdalih dengannya, "Kalau penciptanya punya ikhtiar/pilihan, tentu bintang-bintang itu tidak satu aturah dan satu tipe Jadi kesimpulannya, aturan dan sistem alam seperti yang kita lihat adalah dalil yang amat jelas, yang menunjukkan eksistensi Pencipta, kekuasaan, ilmu, hikmah, dan keesaan-Nya. Wallahua’lam  bisshowab.

Posting Komentar untuk "Kajian Peredaran Planet Dalam Perspektif Al-Quran, Niscaya Akan Meningkatkan Iman"