Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hikmah 4 Musim Dalam Pandangan Imam Ibnu Qoyyim

 

HIKMAH PANAS DAN DINGIN

Hikmah 4 Musim

Dalam Pandangan Imam Ibnu Qoyyim

(Oleh:Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Pada setiap negara di belahan dunia memiliki musim berbeda-beda. Terdapat negara yang mempunyai dua hingga empat musim pada setiap tahunnya. Dengan adanya peralihan musim ini tampaknya terdapat hubungan (korelasi) dengan keseimbangan bagi alam dan kelangsungan makhluk hidup, termasuk kehidupan manusia di dalamnya. Coba bayangkan, jika makhluk hidup hanya merasakan satu musim, maka besar kemungkinan dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi kehidupan semua makhluk.

Beragamnya musim di muka bumi ini ternyata telah lebih dahulu dituangkan dalam kitab suci Alquran. Terdapat beberapa Ulama terkenal yang tertarik dengan pembahasan tentang fungsi dari pergantian musim di muka bumiini, salah satunya adalah Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah.

Mari kita renungkan sejenak, pernahkah dalam benak pikiran kita muncul satu pertanyaan “mengapa Allah tidak menciptakan hanya satu musim saja?” Pernahkah kita menyadari bagaimana jika Allah dengan kuasa-Nya menahan kondisi suatu musim menjadi lebih Panjang dari waktu biasanya? Coba perhatikan ayat 130 dalam QS.Al-A’raf, tentang hukuman yang Allah swt timpakan kepada Fir’aun dan kaumnya:

وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَونَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّن الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (Al-A’raaf : 130)

Apakah kita menginginkan agar Allah swt menurunkan hukuman yang sama kepada kita karena rasa penasaran kita terhadap hikmah dibalik perubahan musim yang telah Allah swt ciptakan di muka bumi ini ?

Salah seorang ulama yang tertarik untuk membahas fungsi dari pergantian empat musim adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah. Mari kita simak pernyatan Ibnu Qoyyim berikut ini agar dapat menjadi bahan perenungan bagi kita bahwa betapa besar kekuasaan Allah Ta’ala:

Perhatikanlah keadaan matahari saat terbit dan tenggelam, sehingga mengakibatkan terjadinya perputaran waktu dan musim, yang di dalamnya terdapat berbagai maslahat dan hikmah bagi hamba Allah SWT  yang berakal.

Andaikan seluruh waktu hanya diisi dengan satu musim, niscaya tidak akan terjadi kelebihan yang dimiliki oleh musim-musim lainnya. Seandainya hanya ada musim panas, tentunya keindahan dan kelebihan musim dingin tidak akan terjadi. Apabila hanya ada musim dingin, niscaya keutamaan musim panas tidak terasakan. Demikian pula apabila hanya ada musim gugur atau musim semi saja.

Pada musim dingin, hawa panas terpendam dalam gua-gua, perut bumi dan gunung, hingga menyebabkan tumbuhnya biji-bijian dan lainnya, sementara di luar dalam keadaan dingin. Udara menjadi terbuka hingga terbentuklah awan, hujan, salju dan embun, yang merupakan faktor kehidupan dunia dan penghuninya. Tubuh hewan-hewan menjadi kokoh dan kuat, alam bertambah tegar, dan panas yang menimpa tubuh selama musim panas diganti dengan hawa dingin.

Pada musim semi, kehidupan mulai menggeliat. Biji-bijian yang merekah pada musim dingin mulai bersemi dan tampak sebagai tumbuhan. Pepohonan mulai dihiasi dengan bunga-bunga sementara hewan-hewan mulai membuahkan keturunannya.

Pada musim panas, udara memuai dan terasa sangat panas, buah-buahan menjadi rusak. Otot tubuh yang selam musim dingin menggumpal kini mulai mekar. Hawa dingin terpendam dalam lorong-lorong. Karenanya kita rasakan mata air dan sumur terasa dingin.

Pada musim panas, lambung tidak bisa mencerna makanan keras (ghaliz) yang biasa dimakan pada musim dingin, karena pada musim dingin pencernaan dibantu oleh panas yang terpendam dalam tubuh. Apabila musim panas tiba, panas dalam tubuh keluar dan digantikan oleh hawa dingin.

Selanjutnya, apabila musim gugur tiba, keadaan mulai berubah. Udara mulai berubah menjadi dingin. Suasana panas sedikit demi sedikit mulai hilang, dan Allah telah menjadikannya sesuai dengan hikmah-Nya sebagai fase pemisah antara musim panas dan dingin, sehingga hewan-hewan tidak mati karena perubahan cuaca secara mendadak dari udara panas kepada udara dingin sekali, yang tentunya sangat menyakitkannya dan besar bahaya baginya.

Namun apabila berubah dengan sedikit demi sedikit dan teratur, maka perubahan kondisi tersebut tidak akan meyulitkan bagi hewan-hewan.

Pada fase perubahan itu anggota tubuh hewan bersiap-siap untuk menghadapi yang lebih dingin pada fase berikutnya, hingga sampai pada fase hawa yang terdingin, hewan-hewan telah bersiap menghadapinya. Sungguh ini merupakan hikmah yang luar biasa dan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang nyata.

Demikian pula musim semi, merupakan fase peralihan dari musim dingin kepada musim panas, hewan-hewan mulai bersiap dari musim dingin menuju musim panas dengan teratur. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam dan sebaik-baik pencipta. (joko/ tabloid bekam)

Dijelaskan bahwa saat musim dingin, hawa panas tersimpan di dalam gua-gua, perut Bumi, dan gunung; sedangkan di luar dalam keadaan dingin. Tubuh hewan-hewan menjadi kuat, begitu juga alam, dan panas yang menerpa tubuh selama musim panas diganti dengan hawa dingin.

Pada musim semi, tanaman mulai merekah. Pepohonan mulai muncul dengan bunga, sedangkan hewan mulai berkembang biak.

Lalu ketika musim panas, udara memuai, tanaman serta buah menjadi sulit tumbuh. Musim panas bisa menjadi menakutkan apabila berlangsung dalam waktu yang begitu lama.

 

Ketika musim gugur tiba, manusia bisa melihat daun tanaman mulai berwarna kuning dan berguguran untuk menyambut musim berikutnya, yakni musim dingin atau salju. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman di dalam QS.Az-Zumar:21:


أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَلَكَهُ يَنَابِيعَ فِي الْأَرْضِ ثُمَّ يُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا مُخْتَلِفًا أَلْوَانُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَجْعَلُهُ حُطَامًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

"Apakah kamu tidak memerhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di Bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikannya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal." (QS Az-Zumar: 21)

Ada baiknya juga jika para Pembaca artikel Islami www.keluargasamara.com menyempatkan diri untuk menela’ah kandungan surat al-Rahman yang membahas tentang nikmat yang telah Allah swt berikan melalui penciptaan matahari dan pengaturan atasnya. Dalam QS. Al-Rahman ayat 17 dan 18 berkaitan dengan nikmat penciptaan matahari yaitu dengan adanya pergantian musim dan tempat bagi terbit dan terbenamnya matahari. Allah SWT berfirman:

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ

 فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ   

“Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Al-Rahman ayat 17–18).

Menurut al-Thabari dengan mengutip beberapa riwayat seperti dari Mujahid dan Qatadah, yang dimaksud dengan dua timur adalah tempat terbitnya matahari yang tampak secara kasat mata manusia dalam dua musim yang berbeda yaitu musim panas dan musim dingin. Begitu pun halnya yang dimaksud dua barat juga merupakan tempat terbenamnya matahari dalam dua musim: musim panas dan musim dingin.

 Al-Thabari  mengistilahkan al-syataa’  adalah musim panas dan al-shayf  adalah musim dingin. Penentuan kedua muslim ini tampaknya berkaitan erat dengan kondisi dan situasi masyarakat Arab dalam wilayah tropis yang hanya memiliki dua musim. Penafsiran ini juga dapat kita lihat di dalam Q.S al-Quraisy ayat 2 yang menerangkan kebiasaan orang-orang Quraish dalam berdagang, mereka melakukan perjalanan di musim panas dan muslim dingin. Sebagaiman firman Allah swt:

 إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ

“(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.”

Imam Al-Qusyairi memberikan dua pemaknaan terhadap ayat di atas. Makna pertama sesuai dengan apa yang diterangkan al-Thabari yaitu barat dan timur dalam kondisi dua musim. Yang bermakna dijalankannya matahari dengan keteraturan yang presisi menjadi kenikmatan tak terhingga bagi seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini. Makna Kedua, kata al-Qusyairi, dapat dimaknai dengan cahaya dan kegelapan hati, tempat terbit dan terbenamnya hati. Keduanya terus berjalan dalam hati setiap manusia.

Berikutnya, pandangan dari Fakhruddin al-Razi  , Ayat ini dimaksudkan bahwa akibat dari perjalanan matahari adalah adanya pergantian muslim. Selain itu, al-Razi menambahkan, ayat ini juga dapat dipahami dalam makna bahwa segala sesuatu memiliki dua sisi yang berbeda.

Menurut Tafsir Kementerian Agama RI tahun 2010,  bahwa pernyataan Dua Timur dan Dua Barat pada ayat di atas, secara tersurat berkaitan dengan bentuk bumi yang bulat. Karena, hanya pada benda berbentuk seperti bola dapat terjadi dua timur dan barat.

Dalam Kitab Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka bercerita tentang pengalamannya pernah berada di Eropa saat musim dingin dan musim panas. Buya Hamka bercerita bagaimana ia berpuasa Ramadhan saat muslim dingin di Eropa yang hanya memakan waktu 10 jam saja. Ia pun bercerita tentang lamanya waktu siang di Eropa ketika musim panas, sehingga pukul 10 malam pun masih terlihat matahari. Atas dasar ini, Buya Hamka menerangkan bahwa di musim panas, matahari lebih condong terbit dari utara dan terbenam arah ke selatan. Sedangkan di musim dingin matahari condong terbit dari selatan dan terbenam condong ke arah utara.

Di sisi lain,  Quraish Shihab, berpandangan bahwa fenomena terbit dan terbenamnya matahari di dua tempat ini disebabkan oleh kecondongan garis edar bumi selama mengelilingi matahari sekitar 523,5 derajat. Karena belahan utara bumi condong ke arah matahari pada musim panas mengakibatkan siang menjadi lebih panjang dibanding malam hari. Begitu pun seterusnya hingga mencapai puncak, yaitu ketika matahari terbit dan terbenam di ujung sebelah utara dari garis bujur timur dan barat. Setelah itu kembali lagi sedikit demi sedikit hingga mencapai garis lurus pada musim gugur dan begitu seterusnya.

Pada bagian akhir dalam ulasan Penulis terkait Cuaca Panas dan Dingin, ada baiknya jika perhatikan pandangan Imam Ibnu Qayyim tentang hikmah yang luar biasa dalam panas dan dingin. Betapa hidup hewan dan tanaman tergantung kepadanya! Salah satu dari keduanya masuk kepada yang lain secara berangsur dan perlahan sampai mencapai titik akhir. Kalau masuk secara tiba-tiba, tentu membahayakan dan bahkan membinasakan badan dan tanaman; seperti orang yang keluar dari pemandian air hangat ke tempat yang amat dingin. Kalau bukan karena hikmah dan rahmat-Nya, tentu tidak dibuat demikian.

Jika Anda menyanggah dengan mengatakan bahwa terjadinya hal ini secara berangsur-angsur dan perlahan adalah untuk memperlambat jalannya matahari dalam naik dan turunnya, dengarlah jawabannya berikut ini! Kalau memang benar begitu, lalu apa penyebab naik-turunnya (matahari) itu? Kalau kamu menjawab karena jauhnya jarak dari tempat terbit dan tenggelamnya, kamu ditanya lagi, apa yang menyebabkan jarak keduanya berjauhan?

Demikianlah pertanyaan akan terus membuntuti kamu setiap kali kamu menentukan sebuah sebab, sampai akhirnya tiba pada dua kemungkinan. Yakni, kamu keras kepala dengan mengklaim bahwa itu terjadi kebetulan tanpa pengatur dan pembuat. Atau kamu mengakui adanya Tuhan Seru Sekalian Alam dan mengimani adanya pengatur langit serta bumi, kemudian masuk ke dalam golongan para pemilik akal. Anda tidak akan menjumpai pilihan ketiga. Karenanya, janganlah melelahkan otak Anda dengan igauan orang-orang ateis. Semua igauan mereka, bagi orang yang tahu, adalah kegilaan setan dan khayalan orang-orang kafir. Apabila fajar hidayah telah terbit, dan cahaya kenabian telah bersinar, maka tentara khayalan-khayalan itulah barisan pertama yang kalah. Allah SWT pasti menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir benci.

Posting Komentar untuk "Hikmah 4 Musim Dalam Pandangan Imam Ibnu Qoyyim"