Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

JADILAH SEORANG HAMBA YANG PANDAI BERSABAR DAN BERSYUKUR

 

PANDAI BERSYUKUR

JADILAH SEORANG HAMBA YANG PANDAI BERSABAR DAN BERSYUKUR

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Saat musibah datang menerpa, seorang hamba hendaknya tetap bersabar atas segala cobaan yang ada dengan terus mengucap syukur atas karunia nikmat yang telah Allah berikan kepadanya selama ini. Ingatlah bahwa dengan bersyukur maka Allah akan melipatgandakan kenikmatan kepadanya. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7).

Fenomena yang seringkali terlihat dalam diri seorang hamba Allah, saat mendapat cobaan  terus mengelus dada seraya berucap sabar, tetapi saying ia melupakan berbagai kenikmatan lain yang selama ini telah Allah karuniakan. Sesungguhnya, syukur dan sabar  sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan.

Bersyukur atas segala nikmat Allah merupakan kewajiban bagi setiap hamba yang beriman. Mari kita simak firman Allah SWT berikut ini:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“Ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur (ingkar) kepada-Ku,” (QS. Al Baqarah: 152).

Dalam keadaan berbahagia atas kenikmatan yang Allah SWT berikan, seorang hamba tidak hanya dituntut untuk bersyukur agar mendapat nikmat yang berlipat. Selain itu, seorang hamba juga harus bersabar. Sebagai contoh, seseorang yang telah mendapat jabatan tinggi di suatu tempat maka selain bersyukur ia pun harus bersabar. Hal inilah yang disebut dengan “Sabar dalam Kenikmatan” atau “Asshobru ‘alanni’mah”. Ia pun harus bersabar terhadap dorongan hati atau bisikan syetan yang mengajaknya untuk melakukan kemaksiatan. Sesunguhnya hakikat bersabar juga dapat diartikan menahan diri dari perbuatan maksiat. Inilah yang disebut dengan “Bersabar untuk menghindari perbuatan maksiat” atau “Asshobru ‘indal ma’siah”. Ketika Allah SWT telah menganugerahkan berbagai kenikmatan dalam kehidupan seorang hamba, maka janganlah lupa untuk terus meningkatkan keta’atan dalam beribadah kepada-Nya denga penuh kesabaran. Inilah yang disebut dengan “Sikap Sabar dalam menjalankan Ketaatan” atau “Asshobru ‘alattho’ah”.  

Begitu pula halnya dalam menghadapi ujian atau cobaan dalam kehidupan, seorang hamba pun harus bersabar serta bersyukur. Mari kita perhatikan Firman Allah SWT berikut ini:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللَّهِ لِيُرِيَكُمْ مِنْ آيَاتِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS. Luqmaan: 31).

Allah SWT pun dengan tegas menyatakan dalam firman-Nya,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar sajalah yang akan dipenuhi ganjaran mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Berbicara tentang ujian dalam kehidupan, ada baiknya kita simak kisah singkat berikut ini:

“Suatu hari seorang lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui Sayidina Ali bin Abi Tholib, dan lelaki itu berkata, “ Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihan yang menimpaku. ”

Sayidina Ali pun menjawab , “ Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah ! ”

Merespon pernyataan dari Sayidina Ali, dengan singkat lelaki itu pun berkata,“ Ya,silakan tanyakan ”

Sayidina Ali bin Abi Tholib pun bertanya kepada lelaki itu“ Apakah saat engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini ? ”

Tentu tidak ” jawabnya dengan singkat.

Lalu apakah saat kau akan meninggalkan dunia ini dengan membawa masalah-masalah tersebut ? ” tanya Ali bin Abi Tholib.

“ Tidak juga, ” jawabnya.

Lalu Sayidina Ali pun berkata dengan tegas, “ Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat kau datang ke dunia dan tidak mengikutimu saat kau pergi dari dunia ini? ”

“ Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas urusan dunia” Kata Sayidina Ali bin Abu Tholib. Beliau pun memberikan nasehat kepada lelaki itu:

Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan. Tersenyumlah, karena ridzqimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur.

Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur.

Kemudian Sayidina Ali bin Abi tholib meneruskan nasehatnya,

“Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan. Keduanya adalah nikmat jika kau sadari."

Sungguh di balik kemudahan ada rasa syukur”.

Perhatikanlah firman ALLAH SWT,

وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ

“ ALLAH akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. ” ( Q.S. Ali Imran: 144 ).

Bagi seorang hamba yang beriman , kesulitan dan kemudahan adalah ladang untuk menabung pahala dan hadiah dari ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala.

Jangan selalu mudah mengeluh dengan keluhan“ Oh, mengapa masalahku begitu besar.” Akan tetapi, katakanlah pada masalah yang engkau rasakan besar itu,“Sungguh aku punya ALLAH yang Maha Besar. Wallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar untuk "JADILAH SEORANG HAMBA YANG PANDAI BERSABAR DAN BERSYUKUR"