Kekuasaan Allah pada Hari Kiamat (Tafsir QS Az-Zumar Ayat 64-66)
Kekuasaan
Allah pada Hari Kiamat
(Tafsir
QS Az-Zumar Ayat 64-66)
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Tafsir Surah Az-Zumar Ayat 64-66 berbicara
tentang penegasan Allah kepada orang-orang musyrik bahwa Nabi Muhammad tidaklah mungkin menyekutukan Allah sebagaimana
yang mereka (Orang Musyrik) lakukan. Adapun konsekuensi berat bagi orang yang
menyekutukan Allah SWT sudah diperingatkan melalui wahyu Allah SWT dan lisan
Nabi Muhammad SAW.
Tafsir QS. Az-Zumar Ayat 64
Telah diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas bahwa
orang-orang Quraisy memberikan penawaran kepada Nabi Muhammad SAW bahwa mereka
akan menyerahkan kepada Rasulullah berupa harta yang banyak, sehingga ia akan menjadi
orang yang paling kaya di Mekah dan mereka akan menikahkan Rasulullah dengan
wanita mana saja yang Rasulullah inginkan dengan syarat Rasulullah SAW harus menghentikan
hinaan dan upaya pembasmian terhadap berhala-berhala yang menjadi sesembahan mereka.
Namun demikian, tawaran dari mereka itu telah
dijawab dengan tegas oleh Rasulullah SAW, “Tunggulah sampai datang perintah
dari Tuhanku”. Tidak lama kemudian, turunlah Surah al-Kafirun/109 dan ayat 64
dari Surah az-Zumar ini.
Dalam kandungan ayat ini, Allah SWT
memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar dengan tegas mengatakan kepada kaum
musyrikin Mekah yang mengajaknya untuk menyembah berhala, bahwa ajakan itu
adalah ajakan yang sangat menyesatkan. Nabi saw berkata;
“Mungkinkah
aku menyembah selain Allah hai orang-orang yang jahil? Aku telah menyaksikan
bukti-bukti Keesaan-Nya dan Dia telah memberi petunjuk kepadaku. Aku telah
yakin dengan sepenuh hati dan jiwaku bahwa Dialah Allah Yang Maha Esa dan
Mahakuasa. Apakah kebulatan tekadku ini dapat ditawar dengan alasan-alasan yang
tidak masuk akal?”
Menurut pandangan Ibnu ‘Abbas bahwa tawaran
itu bukan sampai di situ saja, bahkan mereka mengajak Muhammad menyembah
berhala. Dengan demikian mereka mau menyembah Tuhan di samping menyembah
berhala itu.
Tafsir QS. Az-Zumar Ayat 65-66
Dalam kandunga ayat 65 dan 66 pada QS.Az-Zumar ini, Allah telah
menegaskan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan
nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia mempersekutukan Allah,
maka terhapuslah segala amal baiknya yang telah lalu. Sungguh ini suatu
peringatan keras dari Allah kepada manusia agar jangan sekali-kali
mempersekutukan Allah dengan yang lain, karena perbuatan itu adalah syirik dan
dosa syirik itu adalah dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT.
Sesungguhnya, bila seseorang mati dalam keadaan
syirik maka akan terhapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan
dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam. Hal ini sebagaimana Allah SWT telah
nyatakan dalam QS. Al-Baqarah ayat 217 berikut ini:
وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ
وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ
ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Barang
siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah/2: 217).
Kepada sosok manusia pilihan-Nya, Nabi
Muhammad SAW, Allah SWT memberi peringatan yang keras padahal dia adalah rasul
yang diutus-Nya. Rasul kesayangan-Nya yang tidak mungkin akan
mempersekutukan-Nya. Namun demikian, Allah SWT memberi peringatan juga
kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas dalam pikirannya untuk melakukan kesyirikan.
Apalagi sikap Allah SWT kepada manusia lainnya tentu peringatan ini harus
mendapat perhatian yang sangat serius.
Sungguh sangat tidaklah pantas jika seseorang
yang mengetahui betapa besar nikmat Allah SWT terhadapnya, terhadap manusia
seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar perintah dari Sang Pemberi
nikmat itu dengan mempersekutukan-Nya, dengan memohonkan pertolongan kepada
berhala, kuburan, pohon, dan sebagainya (menyekutukan Allah SWT).
Allah SWT pun telah mempertegas perintah-Nya
dengan mengeluarkan suatu perintah yaitu hanya Allah sajalah yang harus
disembah, hanya kepada-Nya manusia harus mempersembahkan semua amal ibadahnya,
dan kepada Allah juga manusia memanjatkan doa dan mengucapkan syukur karena
Dialah pemberi nikmat yang sebenarnya, sebagaimana yang senantiasa dibaca
setiap Muslim dalam ibadah salat:
اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ
لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
…Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.
(al-An’am/6: 162)
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa kekuasaan
Allah pada hari kiamat, berdasarkan Tafsir QS Az Zumar ayat 64-66, adalah sebagai berikut
:
Pertama: Sembahlah Allah agar tidak menjadi orang yg
bodoh (Jaahiluun)
Kedua: Allah telah wahyukan kepada Rasulullah SAW dan nabi-nabi sebelumnya
agar jangan berbuat syirik yang dapat menghapus amal ibadah dan akan termasuk
orang yang merugi (Khasiriin)
Ketiga: Jadilah orang yg bersyukur (Syakiriin)
Berdasarkan kajian singkat Tafsir QS Az Zumar ayat 64-66 tersebut di atas,
semoga akan meninspirasi diri kita untuk menjadiorang yang senantiasa Bersyukur
atas nikmat Allah SWT (Syakiriin) dan menghindari diri kita agar tidak
tergolong orang yang bodoh (Jaahiluun) dan orang yang merugi (Khasiriin).
Wallahua’lam bisshowab….
Posting Komentar untuk "Kekuasaan Allah pada Hari Kiamat (Tafsir QS Az-Zumar Ayat 64-66)"