Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semakin Banyak Dibutuhkan Hamba-Nya, Semakin Banyak pula Allah Menyediakannya

 

Air, Tanah, Api dan Udara

Semakin Banyak Dibutuhkan Hamba-Nya,  Semakin Banyak pula Allah Menyediakannya

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Setelah membaca dengan seksama Buku Karangan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah yang berjudul “Kunci Kebahagiaan” yang jumlah halamannya hingga halaman 509, maka  terdapat begitu banyak hal yang menarik untuk diangkat dan diulas dalam artikel ini, dengan harapan dapat menginspirasi para pembaca lainnya. Namun demikian, untuk kali ini, Penulis hanya mengulas salah satu di antara ratusan pembahasan menarik dalam buku tersebut. Yang ingin Penulis ulas dalam artikel sederhana ini yaitu tentang Sifat Maha Pemberi dari Allah swt terhadap kebutuhan hamba-Nya.

Coba kita perhatikan dengan seksama terkait hikmah Allah swt Zat Yang Maha Pemberi dan tak pilih kasih. Sesungguhnya Allah swt yang telah memudahkan hamba-hamba-Nya mendapatkan apa yang mereka perlukan. Allah swt telah memperbanyak jumlahnya. Semakin tinggi kebutuhan hamba dan mahluk-Nya terhadap sesuatu, maka semakin banyak pula jumlah pemberian Allah swt terhadap kebutuhan hamba dan mahluk-Nya. Sebaliknya, semakin tidak dibutuhkan terhadap sesuatu, maka akan semakin sedikit pula jumlahnya. Jika kebutuhan makhluk terhadap suatu benda biasa-biasa atau sedang-sedang saja, maka jumlah atau kuantitasnya juga sedang-sedang saja, tidak banyak dan tidak sedikit, sesuai dengan tingkat kebutuhan hamba atau makhluk-Nya.

Mari kita lihat saja terkait empat barang atau benda yang menjadi kebutuhan pokok, yaitu: tanah, air, udara, dan api. Coba kita perhatikan, betapa Allah SWT telah memperbanyak jumlahnya! Udara sedemikian banyaknya, udara ada di setiap tempat karena semua jenis  hewan adalah makhluk yang membutuhkan udara, hewan tidak dapat hidup tanpa udara. Udara selalu ada di manapun hewan berada, karena dia tidak bisa terlepas darinya walau sekejap mata. Begitu pula dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, apalagi makhluk hidup yang bernama manusia. Kalau udara tidak banyak dan tidak ada di setiap tempat di dunia ini, tentu alam ini akan sesak oleh asap dan uap air yang menjulang naik dan menggumpal.

Maka, perhatikanlah hikmah Allah SWT ketika menciptakan udara. Apabila asap dan uap air itu naik ke angkasa, udara mengubahnya menjadi awan atau kabut. Dengan demikian tidak menimbulkan bahaya bagi alam. Coba tanyakan kepada  orang yang ingkar akan kebesaran Allah swt. Siapa yang mengatur sedemikian rupa? Apakah seluruh alam seandainya bersatu dapat mengubahnya menjadi awan atau kabut, atau menyingkirkannya dari manusia? Kalau Allah swt menghendaki, tentu udara akan ditahan-Nya sehingga uap dan asap itu menyesakkan permukaan bumi. Maka, matilah manusia dan hewan yang ada di sana.

Manusia adalah makhluk yang bernafas menggunakan udara. Tanpa adanya udara, manusia binasa dari muka bumi. Oleh karenanya, Allah memberikan udara atau angin sebagai tanda Kebesaran-Nya. Banyak ayat Al-Quran yang menerangkan perihal hal tersebut. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Ar-Rum: 46

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan udara sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur ,” (QS. Ar-Rum: 46).

Coba kita amati pula pada proses terjadinya hujan. Peristiwa hujan terjadi  karena adanya penguapan air, terutama dari laut. Dibalik fenomena ini, ternyata angina (Udara yang bergerak) juga memiliki peran yang sangat besar terhadap proses terjadinya hujan. Dalam sebuah ayat, Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan bahwa angin memiliki sifat mengawinkan dan menyebabkan terjadinya hujan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS. Al-Hijr [15] : 22) :

وَ اَرۡسَلۡنَا الرِّیٰحَ لَوَاقِحَ فَاَنۡزَلۡنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَسۡقَیۡنٰکُمُوۡہُ ۚ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ لَہٗ بِخٰزِنِیۡنَ

“Dan, Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langir, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr [15] : 22).

Ayat 22 dalam QS. Al-Hijr tersebut di atas telah menegaskan bahwa fase pertama dalam proses terbentuknya hujan adalah adanya angin. Hubungan antara angin dan hujan yang diketahui hingga awal abad ke-20 ialah bahwa angin menggerakan awan. Akan tetapi, seiring berkembangannya ilmu meteorologi dan teknologi modern, ditemukan fakta baru bahwa angin berperan “mengawinkan” dalam proses pembentukan hujan.

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh para ilmuwan, telah diketahui bahwa di atas permukaan laut dan Samudra, terdapat gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel kecil dengan diameter seperatus milimeter, terlempar ke udara. Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu daratan yang terbawa angin ke lapisan atas atmosfer.

Selanjutnya, partikel-partikel tersebut dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Pada awalnya, butiran-butiran air ini berkumpul dan membentuk awan, kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Jadi, angin “mengawinkan” uap air yang melayang di udara dengan partikel-partikel yang dibawanya dari laut dan akhirnya membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat mengawinkan maka butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk sehingga hujan tidak akan pernah terjadi.

Begitulah isi rahasia dalam angin yang perlu kita ketahui. Allah subhanahu wa ta’ala memberikan buktinya kepada kita agar kita tetap beryukur dan tidak bersikap kufur terhadap nikmat-Nya. 

Posting Komentar untuk " Semakin Banyak Dibutuhkan Hamba-Nya, Semakin Banyak pula Allah Menyediakannya"