Tinjauan Al-Qur’an tentang Kecerdasan
Tinjauan Al-Qur’an tentang Kecerdasan
(Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Kecerdasan
merupakan salah satu potensi dasar yang dilimpahkan Allah swt kepada manusia. Hal
ini tertuang dalam QS. al-Tiin ayat 4 :
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Secara
implisit, terkandung makna dalam ayat tersebut bahwa Allah menciptakan manusia
dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Dalam artian, baik secara jasmani dan ruhani.
Indikator lain yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
adalah pemberian amanah sebagai kekhalifahan di muka bumi. Allah memberikan
mandat kepada manusia untuk memelihara dan mengkoordinasikan segala urusan di
bumi bukan tanpa sebab. Melainkan karena Allah menyematkan potensi agung yang
tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia, termasuk malaikat.
Kitab
Suci Al-Qur’an sebagai tuntunan hidup yang paripurna bagi umat Islam, telah memberikan
ruang mengenai tingkatan kecerdsan yang dimiliki manusia. Secara redaksional,
Al-Qur’an membahasakan kemampuan berpikir manusia yang bersifat membedakan
antara satuan bahasa (Distingtif). Setidaknya terdapat 5 istilah (Term)
dalam Al-Qur’an yang mengurai mengenai kecerdasan. Di antaranya, Ta’aqqul
(Aktivitas Berpikir), Tafakkur (Memikirkan atau Mengamati) ,
Tadabbur (Memahami sesuatu, Memikirkan makna dari tanda atau
ayat, Mengambil manfaat dari suatu makna dengan menggunakan Qolbu/Hati),
tafaqquh (Begitu beratnya menuntut ilmu) , dan tadzakkur (Mengambil
Pelajaran). Berikut ini akan
kita coba melakukan kajian tentang keterkaitan kelima istilah tersebut dengan klasifikasi
kecerdasan yang ditemukan dalam bidang Sains yang meliputi Kecerdasan Intelegensi (IQ),
Kecerdasan
Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ).
Saintifikasi
manusia telah menyajikan ragam jenis kecerdasan yang memenuhi eksistensi
manusia secara eksklusif. Diantaranya adalah Intellegent
Quotient (IQ) atau Kecerdasan Intelegensi, Emotional Quetiont (EQ
atau Kecrdasan Emosional), dan Spiritual Quetiont (SQ) atau
Kecerdasan Emosional. Berikut ini
sekilas Penulis ingin menjelaskan ketiga kecerdasan dari tinjauan Sains
tersebut :
Pertama : IQ
(Intellegent
Quotient)
Intellegent
Quotient yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kecerdasan
intelegensi. Konsep IQ pertama kali diperkenalkan oleh Willian Stern. Seorang
psikolog berkelahiran Jerman dalam bukunya The Psychological Methods of
Testing Intelligence. Intelegensi merupakan suatu kemampuan berpikir
yang primer. Cakupannya adalah kemampuan berbahasa, mengingat, rasio,
matematis, dan persepsif.
Kedua : EQ
(Emotional
Quetiont)
Emotional
Quetiont atau kecerdasan emosional memberikan dominasi
yang besar terhadap self-controlling. DanielGoleman, psikolog
California yang memprakarsai kajian Emotional Quetiont, secara
spekulatif menerangkan bahwa EQ merupakan kemampuan seseorang untuk
mengendalikan, memotivasi, dan memosisikan diri dalam keadaan yang tepat.
Selain itu, Emotional Quetiont juga merupakan kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif bertindak untuk menghadapi seluruh
aspek kehidupannya.
Ketiga : SQ (Spiritual
Quotient)
Pada awal
abad ke-20, IQ menjadi isu besar dalam ranah intelektual. Setelah itu Daniel
Goleman memumunculkan gagasan EQ-nya pada tahun 1900-an, sebagai bentuk respo
atas lahirnya gagasan IQ. Sedangkan pada akhir abad 20-an, Danah Zohar dan Ian
Marshal mempresentasikan varietas kecerdasan baru, yaitu Spiritual
Quotient. Yang merupakan kemampuan jiwa untuk melakukan segala sesuatu
berdasarkan sisi positif dan mampu memberikan makna spiritual dalam setiap
perbuatan. Secara orientatif, kecerdasan spiritual mengarahkan seseorang menuju
puncak kesadaran jati dirinya sebagai manusia.
Tinjauan
Al-Qur’an tentang Intelegent Quetiont (IQ)
Istilah
tentang memperdayakan akal tertuang dalam al-Qur’an. Konteks intelegensi dalam
ranah keberfikiran yang disimbolisasi dengan kemampuan menyerap pelajaran serta
memberikan ulasannya. Selain itu, terdapat juga indikasi kemampuan logis
dan scientic dalam konteks intelegensi.
Istilah Ta’aqqul (Aktivitas Berpikir)
tertera dalam Al-Qur’an yang memberikan implikasi tentang pengoptimalan
daya pikir intelektual.bahwa ta’aqqul merupakan sistemasi
berpikir logis yang memiliki kapabilitas dalam penguasaan materi serta
memberikan penjelasannya. Istilah ta’aqqul, salah satunya tertera
dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah: 242, Allah swt berfirman :
كَذَٰلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.”
Tinjuan Al-Qur’an tentang Emotional
Quetiont
Kecerdasan
Emosional atau Emotional Quetiont (EQ) erat kaitannya
dengan Pengendalian Diri (self-control). Selain itu EQ juga
memiliki kepekaan sosial tinggi sehingga mampu mengimplementasikan tindakannya
secara kolektif. Hal tersebut sesuai dengan istilah dalam Al-Qur’an yang
mengindikasikan kemampuan kognitif manusia atau kemampuan dalam ranah
psikologis, yaitu Tafakkur atau al-Fikr. Aspek
kejiwaan yang tercakup dalam term al-Fikr yaitu aspek afektif
(rasa), dan psikomotoris (karsa). Pada dasarnya, fungsi kognitif pada manusia
ini menjadi penggerak serta pengontrol tindakan manusia. Kemampuan mengntrol
diri ini menjadik diferensiasi antara manusia dan hewan. Secara lahiriah, hewan
tidak memiliki keampuan kognitif untuk mengontrol dirinya, ehingga bisa
dikatakan hewan tidak memiliki emotional quetiont sebagaimana
yang dimiliki oleh manusia Lafadz tafakkur dalam Al-Qur’an
termaktub dalam QS. al-Hasyr ayat 21 :
لَوْ اَنْزَلْنَا
هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ
اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk
manusia agar mereka berpikir.”
Selain istilah
Tafakkur, indikasi lain yang memuat aspek-aspek emotional dalam
term keberfikiran adalah kata Tadabbur, yang
tertuang dalam QS. al-Nisa’ ayat 82,
اَفَلَا
يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا
فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا
“Maka
tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu
bukan dari Altlah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di
dalamnya.”
Dalam
Tafsir al-Misbah, karya M. Quraish Shibah, dijelaskan bahwa untuk memahami
al-Qur’an butuh perhatian yang serius dan sungguh-sungguh agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran atau pemahaman. Dapat
kita simpulkan bahwa tadabbur disini memuat kemampuan
mempelajari dengan cermat dan teliti. Seseoang yang cermat memiliki kemampuan
yang bertahap, yaitu receiving (menangkap
atau menerima), responding (proses merespon atau menaggapi), valuing (Proses
pemberian penilaian), organizing (mengorganisasi), dan characterizing
(proses mengkarakterisasi). Kelima tahapan diatas, merupakan indilator
utama dalam pembentukan karakter seseorang.
Tinjuan Al-Qur’an tentang Spiritual
Quetiont
Spiritual Quetiont atau
Kecerdasan spiritual, sebagaimana diterangkan di atas, bertujuan kepada
pemahaman keagamaan. Maknanya, seseorang mampu bertindak dengan latar belakang
pemahaman keagamaan. Dalam AL-Qur’an, terdapat 2 istilah yang mengindikasikan
nilai-nilai Spiritualitas, yakni Tafaqquh dan Tadzakkur.
Istilah Tafaqquh berasal dari kata al-fiqhu yang
dimaknai oleh Al-Raghib al-Ashfahani sebagai upaya mengetahui yang abstrak
dengan pengetahuan yang konkret. Dalam satu literature terdapat suatu
pengistilahan, “Tiap-tiap sesuatu itu memiliki tiang, dan tiang agama islam
adalah al-Fiqhu”. Secara garis besar, upaya untuk memahami Islam,
diupayaka dengan proses tafaqquh di dalamnya Sedangkan tadzakkur, terbentuk
dari kata dzkir, yang artinya mengingat. Said bin Jubair,
mengartikan dzikr dengan ketaatan kepada Tuhan sehingga selalu
mengingat-Nya. Hamka juga menambahkan bahwa kemampuan tadzakkur merupakan
kemampuan mengingat terhadap materi dengan berlandaskan keimanan.
Kesimpulannya bahwa Al-Qur’an itu berlaku disetiap
ruang dan waktu (tidak akan lekang termakan oleh ruang dan waktu) hingga
datangnya yaumul akhir atau hari kiamat. (al-Qur’an shaalihun li kulli zaman wa makaan). Kitab
Suci al-Qur’an
selalu memberikan gambaran-gambaran autentik dan relevan dengan temuan-temuan
ilmiah (Saintifik) yang terbaru.
Posting Komentar untuk "Tinjauan Al-Qur’an tentang Kecerdasan"