“Buah Merenungi Al-Qur'an” Dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Bagian Pertama
“Buah
Merenungi Al-Qur'an”
Dalam
Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
Bagian Pertama
( Oleh: DR.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Sesungguhnya Jika kita perhatikan apa yang telah diserukan Allah
SWT agar kita merenungi Al-Qur’an sebagai “Kalamullah” maka akan mengantarkan kita
pada pencapaian ilmu tentang Allah swt (Ma’rifatullah), tentang keesaan-Nya,
serta sifat-sifat keagungan-Nya seperti qudrat, ilmu, hikmah, rahmat, ihsan,
keadilan, ridha, murka, pahala, dan siksa-Nya. Demikianlah. Allah swt memperkenalkan diri kepada hamba-hamba-Nya dan
menyeru mereka untuk merenungi ayat-ayat-Nya.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah telah menyebutkan
beberapa contoh sebagaimana yang disebutkan Allah SWT dalam kitab-Nya. Di
antaranya adalah tentang penciptaan manusia, seperti firman-Nya dalam
QS.ath-Thariq ayat 5:
فَلْيَنْظُرِ
الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
"Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?" (ath[1]Thaariq: 5)
Kandungan ayat yang senada dengan ayat ini
pun Allah swt tuangkan dalam QS. adz-Dzaariyaat: 21:
وَفِي أَنْفُسِكُمْ
ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
"Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka
apakah kamu tiada memperhatikan?" (adz-Dzaariyaat:
21)
Berikut ini paerlu kita luangkan waktu untuk
merenungi Firman Allah swt dalam QS.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ
الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ
فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ
لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ
أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ وَتَرَى الْأَرْضَ
هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ
مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
“Hai
manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah”. (al-Hajj: 5)
Selain menerangkan tentang proses penciptaan
manusia, Allah swt pun memberikan peringatan kepada kita bahwa kelak Allah swt
akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah kita lakukan, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. al-Qiyaamah: 36-40,:
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَىٰ
ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ
فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَىٰ
أَلَيْسَ ذَٰلِكَ بِقَادِرٍ عَلَىٰ أَنْ يُحْيِيَ
الْمَوْتَىٰ
"Apakah manusia mengira bahwa ia akan
dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu dan
setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)? Kemudian mani itu menjadi
segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan
dari-padanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat)
demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" (al-Qiyaamah: 36-40)
Pernyataan Allah terkait dengan penciptaan
manusia dan Allah Maha Menentukan, tertuang dalam QS. al-Mursalaat: 20-23:
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ
مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
فَجَعَلْنَاهُ
فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
إِلَىٰ قَدَرٍ
مَعْلُومٍ
فَقَدَرْنَا
فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
"Bukankah
Kami menciptakan kamu dari air yang hina, kemudian Kami letakkan dia dalam
tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan
(bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan." (al-Mursalaat: 20-23)
Berikutnya, kita patut renungkan secara
mendalam terhadap firman Allah swt dalam QS.Yasiin ayat
77 yang mengisaratkan kemarahan Allah swt terhadap hambanya-Nya yang
terkesan membangkang bahkan menantang kekuasaan Allah swt: Perhatikanlah bunyi
ayat dan artinya :
أَوَلَمْ يَرَ
الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ
"Dan apakah manusia tidak memperhatikan
bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi
penantang yang nyata!" (Yaasiin: 77)
Kembali Allah swt mengajak kita untuk merengi
tentang proses penciptaan manusia dan pernyataan Allah swt bahwa Dial ah Pencipta
Yang Paling Baik, sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Mukminuun: 12-14:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ
نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
"Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik" (al-Mukminuun: 12-14).
Sungguh sangat banyak ayat di dalam Al-Qur'an
yang menyeru manusia untuk memikirkan proses awal, tengah, dan akhir dalam
penciptaan manusia. Karena diri manusia dan cara penciptaannya adalah sebagian
di antara dalil terkuat atas sang Pencipta. Selain itu juga karena yang
terdekat dengan manusia adalah dirinya sendiri. Di sana terdapat
keajaiban-keajaiban yang menunjukkan keagungan Allah SWT yang manusia tidak
dapat mengetahui walaupun sebagiannya saja. Tapi, manusia lalai dan tidak mau
merenungkan dirinya sendiri. Kalau ia mau merenungkan diri sendiri, tentu
keajaiban-keajaiban penciptaan yang diketahuinya mencegah para manusia untuk
berbuat kafir.
Urain tentang Buah Merenungi Al-Qur’an ini Penulis cukupkan untuk sementara
sampai di sini dulu, in syaa Allah akan Penulis lanjutkan pada Bagian Kedua nanti..
Posting Komentar untuk "“Buah Merenungi Al-Qur'an” Dalam Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Bagian Pertama"