Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Coba Sejenak Saja Anda Pelajari Diri Anda Sendiri (Bagian Kedua)

Renungan Diri

Coba Sejenak Saja Anda Pelajari

 Diri Anda Sendiri

(Bagian Kedua)

Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.

Janganlah Anda pedulikan pernyataan para ilmuwan alam yang dungu tentang sebab janin menjadi lelaki atau perempuan. Mereka mengembalikannya kepada faktor-faktor biologis yang kadang memang benar secara kebetulan dalam masalah ini, tapi salahnya lebih banyak dari benarnya. Sandaran terjadinya kelamin lelaki dan wanita tidak lain hanyalah ketentuan kehendak dari illahi yang diberikan-Nya kepada malaikat perupa, yang bertugas membentuk rupa makhluk ketika dia bertanya, "Tuhan, ini lelaki atau wanita? Bahagia atau sengsara? Apa rezekinya? Dan, berapa usianya?" Kemudian Allah mewahyukan kepada malaikat tersebut apa yang dikehendaki-Nya, lalu sang malaikat menulisnya.

Kalaulah alam memang berperan dalam penentuan jenis kelamin, lelaki atau wanita, tentu dia juga berpengaruh terhadap rezeki dan ajal, bahagia dan sengsara. Kalau tidak, berarti juga tidak berpengaruh terhadap jenis kelamin, karena semuanya bersumber dari wahyu Allah SWT kepada malaikat tersebut. Tidak dipungkiri bahwa jenis kelamin juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Namun, faktor-faktor itu hanya diketahui oleh Allah SWT, manusia tidak tahu apa-apa. Allah swt berfirman:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا ۖ وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا ۚ إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ

"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (asy-Syuura: 49-50)

Dalam ayat tersebut di atas, Allah SWT menyebutkan empat jenis wanita. Pertama: yang melahirkan wanita saja. Kedua: yang melahirkan lelaki saja. Ketiga: yang melahirkan pasangan lelaki dan wanita, dan itulah makna tazwij di sini, yaitu memberikan pasangan anak lelaki dan wanita. Dan keempat: wanita mandul yang sama sekali tidak melahirkan.

Di antara bukti bahwa faktor terjadinya jenis kelamin pria dan wanita, tidak diketahui oleh manusia, dan tidak dapat dimengerti dengan analogi dan pikiran, melainkan hanya diketahui melalui wahyu, adalah hadits Tsauban yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya, Saat itu Tsaubah berada bersama Nabi saw.. Tiba-tiba datanglah seorang pendeta Yahudi. la mengucapkan salam, "Assalamu 'alaika yaa Muhammad!" Serentak Tsaubah memukulnya. Hampir saja dia mati. "Kenapa kamu memukul saya?" tanyanya. Aku menjawab, "Mengapa tidak kamu panggil Beliau Yaa Rasulullah?"

Di sini Ibnul Qayyim mengisyaratkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. "Kami hanya mau memanggilnya dengan menyebut nama yang diberikan keluarganya," jawabnya. Mendengar ini, Rasulullah menyahut, "Namaku adalah Muhammad. Itulah nama yang diberikan keluargaku." "Aku datang untuk bertanya kepadamu," katanya. Beliau balik bertanya, "Apakah jawabanku berguna bagimu?" Si Yahudi menjawab, "Akan aku dengar dengan telingaku." "Tanyalah!" kata Rasulullah sambil menggariskan sebatang kayu yang beliau pegang ke tanah. "Di mana manusia pada hari kiamat?" tanyanya. Beliau menjawab, "Mereka berada di dalam kegelapan sebelum melewati jembatan." la bertanya lagi, "Lalu siapa yang paling dahulu lewat?" Beliau menjawab, "Orang-orang Muhajirin yang miskin." "Apa hadiah untuk mereka saat masuk surga?" tanyanya kemudian. Beliau menjawab, "Hati ikan besar." Dia bertanya lagi, "Lalu apa makanan mereka setelah itu?" Beliau menjawab, "Untuk mereka disembelihkan sapi jantan surga yang makan dari tetumbuhan surga." "Apa minuman mereka?" tanyanya. Jawab beliau, "Mata air yang disebut salsabila." la berkata, "Engkau benar." Kemudian lanjutnya, "Aku ke sini juga untuk menanyaimu tentang sesuatu yang hanya diketahui oleh Nabi atau satu orang atau dua orang saja." Beliau bertanya, "Akankah bermanfaat bagimu apabila aku jawab?" "Aku akan dengar dengan telingaku," katanya. "Aku datang untuk bertanya tentang anak." Beliau bersabda, "Sperma lelaki berwarna putih, sedang punya wanita berwarna kuning. Apabila keduanya berkumpul, lalu mani lelaki mengungguli mani perempuan, maka anak itu lelaki dengan izin Allah SWT. Dan, apabila mani wanita mengungguli mani lelaki, berarti anak itu perempuan dengan izin Allah SWT." Si Yahudi berkata, "Ucapanmu sungguh benar, dan engkau benar-benar seorang Nabi." Setelah dia pergi, Rasulullah bersabda, "Pertanyaan yang diajukannya tadi, tidak aku ketahui jawabannya kalau Allah tidak memberitahuku." Dalil aqli dan naqli menunjukkan janin diciptakan dari kedua mani tersebut. Lelaki menyemburkan spermanya ke rahim perempuan, begitu pula wanita menurunkan maninya ke tempat berhentinya mani lelaki tadi. Kedua cairan itu bertemu dengan kehendak dan pengaturan Allah SWT, lalu terciptalah anak. Mani siapa yang unggul, maka anaknya mirip dengannya.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan cerita Humaid bin Anas bahwa ketika Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Nabi saw., ia mendatangi Beliau lalu bertanya, "Aku akan menanyaimu tiga hal yang hanya diketahui oleh Nabi. Apa tanda kiamat yang pertama? Apa makanan pertama yang dimakan penghuni surga? Dari apa anak mirip bapaknya? Dan, dari apa pula anak mirip ibunya?" Rasulullah menjawab, "Baru saja Jibril memberitahuku." "Dia adalah malaikat musuh kaum Yahudi," sahut Abdullah. Rasulullah melanjutkan sabda beliau, "Tanda pertama hari kiamat adalah api yang menggiring manusia dari timur ke barat. Makanan pertama yang dimakan penghuni surga adalah hati ikan besar. Adapun tentang kemiripan anak; apabila lelaki menggauli perempuan dan maninya lebih dahulu, maka anaknya mirip dengannya. Tapi jika mani si wanita mendahuluinya, berarti anaknya mirip dengannya." Serentak Abdullah berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah SWT."

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dikisahkan bahwa Umu Salamah bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT tidak malu dalam kebenaran. Apakah wanita wajib mandi bila bermimpi?" Beliau menjawab, "Ya, kalau dia melihat keluarnya air mani yang kuning." Ummu Salamah tertawa, lalu bertanya, "Apakah wanita bermimpi?" Rasulullah saw., balik menanyainya, "Kalau tidak, lalu dengan apa anak itu menyerupainya?"

Ketiga hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa anak tercipta dari gabungan kedua air mani itu, dan bahwa jenis kelamin ditentukan oleh keunggulan salah satu mani tersebut, sedang kemiripan ditentukan oleh mana yang dahulu. Mani siapa yang dahulu sampai ke rahim, maka anaknya akan mirip dengan dia. Tidak ada bukti yang disodorkan oleh para ilmuwan alam tentang masalah ini karena semuanya memang hanya dapat diketahui dengan wahyu. Namun, hadits Tsauban di atas masih menimbulkan keraguan dalam hati.

Satu hal yang ditakutkan, seandainya salah satu rawinya tidak menghafal sebagaimana mestinya, dan seharusnya pertanyaannya dalam hadits itu adalah tentang kemiripan, bukan tentang penentuan jenis kelamin seperti pertanyaan Abdullah bin Salam. Karena itu, Imam Bukhari tidak menyebutkan hadits Tsauban ini dalam kitab. Juga, dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan sabda Nabi saw., yang diriwayatkan Abdullah bin Abu Bakr dari Anas, "Sesungguhnya Allah SWT menugaskan seorang malaikat untuk mengurus rahim. Dia bertanya, 'Tuhan, (dia jadi) mani? Tuhan, sekarang jadi 'alaqahl Tuhan, jadi mudhghah Dan, apabila Dia hendak menjadikannya bentuk makhluk yang utuh, malaikat bertanya, 'Tuhan, dia, lelaki atau wanita? Bahagia atau sengsara? Apa rezekinya, dan berapa usianya?' Maka, malaikat menulis ketentuan Allah seperti itu ketika dia masih di perut ibunya."

Dalam hadits tersebut di atas, tampak Beliau menyerahkan masalah penentuan jenis kelamin itu kepada kehendak Allah SWT. Beliau menghubungkannya dengan masalah yang tidak dapat dipengaruhi oleh alam, yakni kesengsaraan dan kebahagiaan, serta rezeki dan ajal, dan malaikat tidak menuliskan apa yang dapat dipengaruhi oleh faktor alam. Tidakkah Anda melihat Abdullah bin Salam hanya bertanya tentang kemiripan yang masih mungkin untuk dijawab, dan tidak bertanya tentang penentuan jenis kelamin, meskipun itu lebih dalam daripada sekedar kemiripan rupa. Kalau Rasulullah saw. telah mengatakannya, berarti itulah informasi yang benar. Bagaimanapun juga bukti-bukti ini mematahkan apa yang diklaim sebagian ilmuwan alam, bahwa ia tahu sebab-sebab janin menjadi lelaki atau wanita. Wallaahu a'lam bisshowab.

 

Posting Komentar untuk " Coba Sejenak Saja Anda Pelajari Diri Anda Sendiri (Bagian Kedua)"