Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbuat Baiklah pada Sisa Umurmu, Niscaya Husnul Khotimah di Akhir Hidupmu

 

BERBUAT BAIKLAH DI SISA UMURMU

Berbuat Baiklah pada Sisa Umurmu, Niscaya Husnul Khotimah di Akhir Hidupmu

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Hampir setiap orang yang berdoa kepada Allah SWT akan memanjatkan permohonan agar diberi umur yang panjang. Tentunya jarang sekali atau bahkan tidak akan mungkin terjadi jika seseorang yang memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan permohonan menginginkan berumur pendek. Mengapa mayoritas manusia menginginkan umur yang Panjang? Boleh jadi aka nada beragam alasan, ada yang masih ingin menikmati kehidupan di dunia ini, ada yang ingin mewujudkan cita-citanya yang belum terwujud, atau ingin memiliki amal baik yang cukup semasa hidupnya sebagai bekal hidup abadi di kelak . Alasan yang terakhir ini tentunya memiliki dasar yang kuat sebagaimana ditegaskan dalam hadits Rasulullah sebagai berikut:

   يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ خَيْرُ النَّاسِ قَالَ : مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ  

Artinya: Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia? Beliau menjawab: Orang yang umurnya panjang dan amalannya baik. (HR Tirmidzi)

Hadits Rasulullah SAW tersebut di atas tentunya dapat menginspirasi banyak orang untuk senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi umur panjang agar dapat meningkatkan kualitas amal ibadahnya. Berdasarkan redaksi Hadits Nabi SAW tersebut maka harus kita yakini bahwa salah satu tanda orang terbaik adalah apabila berumur panjang dan hidupnya penuh dengan amal-amal kebaikan. Namun sebaliknya, mereka yang umurnya panjang tetapi amal-amal kebaikannya amat sedikit, tentunya tidak termasuk orang-orang terbaik, bahkan digolongkan sebagai orang-orang yang merugi.   

Fenomena yang tampak di depan mata adalah kenyataan yang terjadi bahwa ada orang berumur panjang yang Allah berikan kesempatan hidup hingga lebih dari 50 tahun tetapi memiliki amal yang buruk dalam masa hidupnya dan Allah SWT masih memberikannya umur yang panjang. Sebaliknya, seringkali kita saksikan orang yang diberi kesempatan hidup belum mencapai usia 40 tahun, tetapi amal baiknya selama kehidupannya sungguh luar biasa, kemudian Allah SWT mewafatkannya. Kondisi seperti ini tentunya akan memunculkan pertanyaan, “bagaimana dengan mereka yang berumur pendek? Apakah mereka tidak termasuk pada kategori orang yang terbaik?  

Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 47) memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut di atas dengan jawaban sebagai berikut:

    وَخَيْرُ الْعُمُرِ: بَرَكَتُهُ، وَالتَّوْفيْقُ فِيْهِ لِلْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَالْخَيْرَاتِ الْخَاصَّةِ وَالْعَامَّةِ

Artinya: Sebaik-baik umur ialah yang diberkahi oleh Allah Subhanu Wa Ta’la, yang diberi-Nya taufiq untuk mengerjakan amalan saleh dan kebajikan-kebajikan lain baik yang khusus maupun yang umum.

Berdasarkan pernyataan dari Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sebaik-baik umur ialah yang diberkahi oleh Allah SWT, yang diberi-Nya bimbingan untuk melakukan berrbagai amal sholeh dan amal kebajikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebaikan seseorang sebetulnya tidak semata-mata bergantung pada umurnya yang panjang, tetapi lebih pada seberapa banyak amal kebaikan yang telah dikerjakan semasa hidupnya. Hal ini tentunya sangat sesuai dengan hadits Rasulullah SAW yang telah disebutkan di atas.   

Oleh karena itu, bisa saja seseorang berumur pendek tetapi amal kebaikannya sangat banyak dan mungkin sama atau bahkan melebihi mereka yang berumur panjang. Orang-orang seperti ini termasuk kalangan terbaik karena mampu memanfaatkan umurnya yang pendek untuk berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Inilah umur yang penuh dengan berkah dari Allah SWT.   

Dalam kaitannya dengan masalah umur atau usia seseorang, alangkah baiknya jika sejenak kita simak petikan dialog seorang Ulama yang Faqih dalam hal Ilmu Keislaman, yang sangat baik dalam hal kualitas amal ibadahnya dan  seorang hamba yang mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT berupa hikmah yang keluar dari setiap ucapannya, Beliau adalah  Imam Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah.

 

Dalam suatu kesempatan, Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata kepada seseorang,
“Berapa umurmu?” Orang tersebut pun menjawab, “Enam puluh tahun.” Berkata kembali Al Fudhail,“Engkau semenjak enam puluh tahun berjalan menuju Rabbmu dan engkau  hampir sampai.” Kemudian, Orang tersebut berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Al Fudhail mengatakan kepada orang tersebut, “Apakah engkau tahu tafsiran ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un?’ Engkau katakan bahwa aku adalah hamba milik Allah, dan hanya kepada-Nya aku akan kembali. Sesungguhnya, siapa yang mengetahui bahwa ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, hendaknya ia mengetahui bahwa ia akan berdiri di hadapan Allah. Siapa yang mengetahui bahwa ia akan berdiri di hadapan Allah, ketahuilah bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban. Siapa yang mengetahui ia akan dimintai pertanggungjawaban, hendaknya ia persiapkan jawaban atas pertanyaannya.”

Orang tersebut pun bertanya, “Lantas apa jawabannya?”

“Mudah”, jawab Al Fudhail.

“Engkau berbuat baik pada sisa umurmu, niscaya akan diampuni apa yang telah lalu. Tetapi jika engkau berbuat buruk pada sisa umurmu, niscaya engkau akan dihukum disebabkan dosa yang lalu dan dosa yang akan datang.”

Berdasarkan uraian dan kisah singkat yang sarat nasehat dari Imam Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah tersebut di atas maka maksimalkanlah sisa umur kita, berapa pun usia atau umur kita saat ini, untuk memperbanyak amal kebaikan agar Allah SWT mengampuni kita dari perbuatan dosa kita di masa lalu dan masa sekarang ini dan hindarilah sisa umur yang ada pada setiap diri kita dari amal buruk agar kita terhindar dari Azab Allah SWT di akhirat kelak.

Posting Komentar untuk " Berbuat Baiklah pada Sisa Umurmu, Niscaya Husnul Khotimah di Akhir Hidupmu"