KITAB SUCI AL-QUR’AN ADALAH SUMBER INSPIRASI ILMU PENGETAHUAN
KITAB SUCI AL-QUR’AN ADALAH SUMBER INSPIRASI
ILMU PENGETAHUAN
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Kitab Suci Al-Quran
merupakan sumber utama dalam ajaran Islam yang dianut oleh hampir seperempat
penduduk dunia pada saat ini. Tidak ada satu buku dan kitab pun yang paling
banyak dibaca dan dihafal di seluruh dunia serta dikaji dari berbagai perspektif
keilmuwan melebihi intesitas membaca, menghafal dan mengkaji Al-Quran.
Al-Quran mendorong
manusia agar mengembangkan kemampuan berpikir seimbang dengan kemampuan
berzikir, mengingat Allah. Al-Quran menginspirasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan mengajarkan peran dan tanggungjawab manusia yang diberi amanah ilmu. Sungguh
Al-Quran sebagai pedoman hidup (manhaj
al-hayah) menuntun umat manusia agar memperoleh keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Paling tidak
terdapat empat fakta seputar Al-Quran, sebagaimana yang termaktub di dalam surat
Al-Israa [17] ayat 105 dan surat Al-Hijr [15] ayat 9.
Fakata Pertama, Kitab Suci
Al-Quran adalah benar-benar Wahyu Allah swt yang diwahyukan-Nya kepada sosok
manusia pilihan, hamba Allah yang paling mulia akhlaqnya yaitu Nabi Muhammad
SAW.
Fakta Kedua, Kitab Suci
Al-Quran berisi kebenaran yang mutlak (absolut) dari Allah swt Zat Yang Maha
Kuasa dan Maha Pencipta Alam Semesta.
Fakta Ketiga, turunnya Al-Quran
kepada sosok manusia pilihan yang Paling Mulia Akhlaqnya yaitu Nabi Muhammad
SAW adalah benar dan tepat, selaku penerima pertama dan pemegang amanat dari Allah
SWT yang akan disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada seluruh umat manusia,
terutama kepada umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Fakta Keempat, Kitab Suci
Al-Quran, akan senantiasa dipelihara keaslian dan keutuhannya dari
tangan-tangan jahil yang hendak merusak keaslian dan keutuhan serta
keabadiannya sepanjang kurun zaman, sampai datangnya hari dimana Allah swt akan
mengangkatnya kelak di akhir zaman, menjelang pergantian kehidupan duniawi yang
fana dengan Hari Akhirat yang kekal abadi.
Sesungguhnya, Nabi
Muhammad SAW telah menerima wahyu pertama dari Allah swt pada 17 Ramadhan, 13
tahun sebelum hijrah/610 M. Dengan turunnya wahyu pertama tersebut maka menandai
awal pengangkatan manusia pilihan Allah swt, Muhammad SAW sebagai Nabi dan
Rasul terakhir. Sungguh tidak ada Nabi dan Rasul sesudah Beliau. Wahyu yang
pertama kali Allah swt turunkan kepada Rasulullah SAW adalah Surat Al-Alaq [96]
ayat 1 - 5 yang turun di Gua Hira, Kota Suci Mekkah, sebagai pembuka wawasan
atau cakrawal ilmu pengetahuan dan literasi di muka bumi ini.
Allah swt
berfirman:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Bacalah (wahai Muhammad), dengan nama Tuhanmu
yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah yang amat Pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan
pena. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al Alaq [96]:
1-5)
Sesungguhnya, Mushaf
Al-Quran yang ada saat ini tidak berbeda
dari yang dibaca oleh Nabi MuhammadSAW dan para sahabat Beliau saat itu.
Susunan surat dalam Al-Qur’an terdiri dari 114 surat dan 6.000 ayat dalam Al-Quran
diberi tahu Malaikat Jibril yang datang setiap Ramadan kepada Nabi Muhammad SAW
dan Nabi SAW memberi tahu para sahabat yang ditugaskan sebagai penulis wahyu. Kita
ketahui bahwa Mushaf Al-Quran dicetak di berbagai negara sesuai naskah induk (Mushaf Al-Imam) di masa pemerintahan
Khalifah III Utsman Ibnu Affan (644M-656 M). Salinan asli naskah induk dikirim
ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah serta satu copi dipegang Khalifah Utsman di
ibukota Madinah. Naskah induk Mushaf Al-Quran kini tersimpan di Museum Istambul
Turki. Seni baca Al-Quran dengan tanda baca dan qiraat-nya, terjemahan dan
tafsirnya, menjadi ilmu tersendiri di dunia Islam.
Melalui kolom
”Tanya Jawab” di Majalah Gema Islam ( terbitan tahun1962) yang diasuh Prof. Dr.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), ada pertanyaan yang diajukan oleh
salah seorang pembaca: “Seorang ulama di
tempat saya menyatakan, jika manusia mendarat di bulan, maka batallah kerasulan
Nabi Muhammad Saw. Bagaimana pendapat Buya dalam hal ini?
Buya Hamka pun menanggapinya
dengan jawaban: “Jika manusia sudah dapat
mendarat di bulan, kami akan bersujud syukur kepada Tuhan, karena dengan
demikian akan bertambah nyatalah ke-Rasulan Nabi Muhammad Saw. Karena di dalam
Al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad SAW berjumpa
beberapa ayat yang hanya dapat ditafsirkan dengan ilmu pengetahuan alam yang
mendalam berkenaan dengan bulan. Kalau kita simak sejarah Islam, penyelidikan
tentang ruang angkasa ini, hanyalah lanjutan saja daripada peneropong bintang
dan bulan yang telah didirikan oleh sarjana-sarjana Islam di Baghdad, di
Samarkand, di Mesir dan di Andalusia beberapa abad yang telah lalu. Lalu
disambung sekarang dengan penyelidikan tajribiah (empirisme) orang Barat.
Karena kita tidak mempunyai kesanggupan lagi menyambung rantai pengetahuan itu,
lalu kita sandarkan ketiadaan-tahu kita itu, kepada agama. Padahal karena
kekurangan pengetahuan kita dalam hal ilmu alam, tidak kita sadari bahwa
penafsiran kita terhadap agama pun amat sempit pula”. (Prof. Dr. Hamka
Tanya Jawab Jilid I tahun 1967).
Berikutnya,
pandangan dari Dr. Abdurrazaq Naufal dalam buku Baina Dien Wa Ilmi (Antara Agama dan Ilmu Pengetahuan) mengemukakan
tiga pertanyaan dan jawaban ketika mengurai konflik antara agama dengan ilmu
pengetahuan di dunia Barat semenjak abad ke-17, yaitu: (1) kapan dimulainya
ilmu dan agama ? (2) apa tujuan ilmu dan tujuan agama? (3) dari mana sumber
ilmu dan sumber agama? Abdurrazaq Naufal lalu menjelaskan berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-39 yang berbicara
tentang sejarah Nabi Adam. Allah swt berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ
فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ
الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ
مَا لَا تَعْلَمُونَ
وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ
عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَٰؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا
عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ ۖ
فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ
غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ
فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَٰذِهِ الشَّجَرَةَ
فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا
مِمَّا كَانَا فِيهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ
فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ
عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُونَ
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menja dikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!" Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" Allah
berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda
ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu,
Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya
Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan
dan apa yang kamu sembunyikan?" Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir. Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu
dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. Lalu keduanya digelincirkan
oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami
berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan
bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu!
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati".Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Berdasarkan firman
Allah swt tersebut di atas maka dapat dirumuskan jawaban atas pertanyaan
tersebut di atas, yaitu:
Pertama, ilmu maupun agama
dimulai dari nenek-kakek manusia pertama Nabi Adam, yang diturunkan ke muka
bumi ini untuk menjadi khalifah dengan tugas meramaikan, memakmurkan dan
menguasai bumi dengan segala isinya. Adam dianugerahi ilmu pengetahuan dan juga
diberi agama yang akan menjadi way of life baginya.
Kedua, tujuan ilmu dan
tujuan agama adalah satu ialah menciptakan kebahagiaan, jasmani dan ruhani
manusia, sebagaimana tercantum dalam ayat-ayat Al Quran itu.
Ketiga,
sumber ilmu dan sumber agama ialah satu yang tidak terpisahkan yaitu Allah SWT.
Keempat, karena semuanya
satu, maka akhirnya antara ilmu dan agama tidak mungkin ada konflik. Jika
diciptakan pertentangan antara keduanya dan masing-masing menempuh jalannya sendiri,
niscaya hidup manusia akan rusak dan dunia akan kacau.
Kelima, oleh karena itu,
Islam memanggil segala macam ilmu pengetahuan supaya mempersatukan diri dengan
agama, dan para ahli, baik ahli ilmu pengetahuan dan ahli agama agar bersatu
mengabdikan diri kepada Tuhan dan mempersatukan tekadnya untuk kebahagiaan
manusia dan alam seluruhnya.
Berdasarkan risalah
dalam Siroh Nabawiyah bahwa turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW berlangsung
selama 22 tahun. Hal itu memberi pelajaran tentang metode penetapan hukum
secara bertahap (asas at-tadrij fit-tasyri).
Sejarah turunnya ayat-ayat Al-Quran mengandung pelajaran bagaimana seharusnya
membuat undang-undang dan peraturan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi
dan kesiapan masyarakat.
Berikutnya,
pandangan dari Dr. H. Abdoerraoef, S.H. dalam karya bukunya yang berjudul “Al-Quran
dan Ilmu Hukum (1970)” menjelaskan bahwa norma-norma hukum dalam Quran
merupakan hukum yang minimum harus ada dalam masyarakat umat manusia di segala
masa dan tempat. Hukum yang selebihnya dapat berbeda menurut waktu dan tempat,
dengan syarat tidak boleh bertentangan dengan norma-norma hukum Al-Quran dan
Hadis. Al-Quran tidak akan menghapuskan segala rupa hukum yang ada dalam
masyarakat umat manusia, asal saja tidak bertentangan dengan norma-normanya.
Salah satu sumber norma-norma itu adalah Al-Quran.
Al-Quran bukanlah
buku undang-undang. Al-Quran pun hanya mengatakan bahwa dia sebagai petunjuk,
bukan suatu sistem perundang-undangan. Menurut Quran, segala hukum positif yang
ada dalam masyarakat semuanya harus berdasarkan kepada norma-norma yang sudah
diberikan oleh Al-Quran, dengan pengertian tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma tersebut. Jadi yang menjadi persoalan bukan siapa yang membuat
undang-undang, tetapi apakah undang-undang itu bertentangan atau tidak dengan
norma-norma Quran. Sumber hukum dalam Islam adalah Quran dan Hadis. Adapun
qiyas, ijma dan sebagainya bukanlah sumber hukum dalam Islam, tetapi cara-cara
mencari hukum (rechtsvinding).
Setiap tahun umat
Islam memperingati Nuzulul Quran sebagai tanda syukur atas rahmat dan karunia
Allah kepada umat manusia. Sebagaimana firman Allah swt:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran
untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan
furqan (pembeda antara haq dan bathil).” (QS. Al Baqarah [2]: 185)
Sebagai bagian
penutup dari tulisan ini, mari kita renungkan sebuah pesan indah dari Nabi
Muhammad SAW, dari Ubaidah Al-Mulaiki RA,
عَنْ عُبَيْدَةَ المُلَيْكِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى عليهِ وَسَلَّمَ:
يَا أهلَ القُرآنِ لَا تَتَوَسَّدُوا القُرآنَ وَأتْلُوْهُ حَقَّ تِلاوَتهِ مِنْ انآءِ
اللَّيلِ وَالنَّهَارِ وَافْشُوْهُ وَتَغَنّوُهُ وتَدَبَّرُوا مَا فيهِ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ وَلَا تَعَجَّلُوا ثَوَابَهُ فَإنَّ لَهُ ثَوَاباً. (رواه البيهقيفي شعب
الأيمان)
“Dari Ubaidah Al Mulaiki RA, Rasulullah bersabda, "Wahai ahli-ahli
Al-Qur'an, janganlah kalian menggunakan Al-Qur'an sebagai bantal dan bacalah
Qur'an dengan sebenar-benarnya bacaan pada malam dan siang hari, sebarkanlah
ia. Bacalah ia dengan suara merdu, dan pikirkanlah isi kandungannya!
Mudah-mudahan kalian beruntung. Janganlah kalian meminta disegerakan upahnya
(di dunia), karena ia mempunyai ganjaran (di akhirat)." (HR. Al Baihaqi-
Syu'abul Iman).
Demikianlah uraian
Penulis terkait Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi Ilmu Pengetahuan, semoga
dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Wallahua’lam bisshowab.
Posting Komentar untuk " KITAB SUCI AL-QUR’AN ADALAH SUMBER INSPIRASI ILMU PENGETAHUAN"