Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadilah Kita Mukmin Sejati, Niscaya Terjaga Lidah Kita dari Perkataan Keji

 

MUKMIN SEJATI

Jadilah Kita Mukmin Sejati, Niscaya

Terjaga Lidah dari Perkataan Keji dan Caci Maki

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Sungguh berbahayanya lidah kita, jika kita tidak dapat menjaganya dengan baik. Hati orang bisa terluka akibat sebuah ucapan yang menyinggung perasaan. Hal ini terkadang tidak disadari oleh orang yang mengucapkannya. Pemicu dari sebuah perkara yang mengakibatkan korban jiwa, bisa disebabkan karena kesalahan dalam berucap. 

Begitu banyak fakta yang ada, sebuah pertikaian dan perselisihan yang timbul akibat tidak bisa menjaga lisan satu sama lain. Seharusnya hal ini dapat dihindari jika kesadaran antara kita semakin tinggi dalam menjaga ucapan yang kita lontarkan kepada orang lain. Sesungguhnya, Allah SWT telah mengingatkan manusia mengenai pentingnya menjaga lisan. Bahwa, akan selalu ada malaikat yang tak pernah luput mencatat setiap ucapan manusia, baik ataupun buruk ucapan yang keluar dari lisannya. Sebagaiman Allah SWT firmankan dalam QS.Qaaf ayat 18,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” .

Sebagai sosok muslim yang baik tentunya kita dituntut untuk senantiasa menjaga lisan kita dalam pergaulan (berinteraksi sosial). Kita juga dianjurkan untuk berbicara sesuai dengan apa yang telah kita diketahui dan adanya kebaikan yang terkandung di dalam pembicaraan kita, jika kita tidak mampu berbicara yang baik maka sebaiknya diam saja. Sebagaimana sabda Nabi SAW,  Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Terkait dengan hadis tersebut di atas, Ibnu Hajar menjelaskan, “Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya. Perkataan baik (boleh jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. Segala perkataan yang berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori perkataan baik. (Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan) hendaklah diam.”

Begitu pula halnya perkataan dari Imam An-Nawawi rahimahullah  dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara).”

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka sudah sepatutnya kita menjaga lisan kita dengan baik jika diri kita ingin digolongkan ke dalam kriteria seorang Mukmin yang sejati. Sesungghunya pada diri seorang Mukmin sejati selalu menjaga lisan. Lisannya selalu digunakan untuk kebaikan. Karena, kata-kata sesungguhnya adalah cerminan dari hati. Hati yang baik akan mengeluarkan kata-kata yang baik. Sementara, hati yang buruk akan mengeluarkan kata-kata yang buruk juga. Mukmin sejati hatinya jernih, bersih, dan penuh dengan cahaya petunjuk dari Allah SWT. Maka, yang keluar dari lisan pun kata-kata yang jernih, bersih, dan selaras dengan petunjuk Sang Ilahi Robbi.

Sebagaimana perkataan salah seorang sahabat Rasulullah SAW: “Ketika lidah seseorang menjadi tenang dan ramah, maka hatinya menjadi saleh dan bersih.” (Hadhrat Utsman bin ‘Affan ra.)

Sesungguhnya orang Mukmin di mata Allah SWT adalah manusia yang paling mulia. Dalam hadis disebutkan, Nabi SAW bersabda, “Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi Allah SWT dari seorang Mukmin.” (HR Ath-Thabrani).

Begitu mulianya sosok seorang Mukmin, di hadis lain Beliau SAW bersabda, “Mencaci-maki seorang Mukmin adalah suatu kejahatan dan memeranginya adalah suatu kekufuran.” (HR Muslim)

Tentunya, Mukmin yang dimaksud di sini adalah sosok mukmin sejati, bukan Mukmin yang sebatas pengakuan semata. Akan tetapi, Mukmin yang antara ucapan dan perbuatannya selaras dan sejalan. Lisan mengatakan beriman, seluruh anggota badan melakukan segala konsekuensi dari keimanan itu. Mukmin sejati adalah orang yang bertakwa kepada Allah  SWT dengan sepenuh hati, dan totalitas (Fii silmi Kaaffah).

Kriteria dari seorang Mukmin sejati, antara lain, seperti disebutkan dalam hadis Nabi SAW, “Seorang Mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji, dan yang   ucapannya kotor.” (HR Al-Bukhari). Jadi, Mukmin itu adalah orang yang tidak suka mengumpat, mengutuk, berkata keji, dan berkata kotor. Ini semua berkaitan dengan lisan. Dengan kata lain, Mukmin sejati adalah yang senantiasa mengendalikan dan menjaga  lisannya dari kata-kata yang tidak baik. Baik itu kata-kata di dunia nyata (Perkataan secara langsung) maupun di dunia maya (via media sosial atau Medsos).  

Mukmin sejati selalu menjaga lisan. Lisannya selalu digunakan untuk kebaikan. Karena, kata-kata sesungguhnya adalah cerminan dari hati. Hati yang baik akan mengeluarkan kata-kata yang baik. Sementara, hati yang buruk akan mengeluarkan kata-kata yang buruk juga. Mukmin sejati hatinya jernih, bersih, dan penuh dengan cahaya petunjuk dari Allah SWT. Maka, yang keluar dari lisan pun kata-kata yang jernih, bersih, dan selaras dengan petunjuk Allah SWT.

Rasulullah SAW telah memberikan peringatan secara tegas kepada umatnya, “Sesungguhnya seorang hamba itu berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan (baik atau buruknya) maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, jadilah diri kita sosok Mukmin Sejati, Niscaya terjaga Lisan kita dari perkataan keji dan Caci Maki. Wallahu a’lam Bisshowab

 

 

Posting Komentar untuk "Jadilah Kita Mukmin Sejati, Niscaya Terjaga Lidah Kita dari Perkataan Keji"