Mengambil Hikmah dari Al-Hikam Syarah ke-10. “Ruhnya Amal yaitu Ikhlas”
Mengambil Hikmah
dari Al-Hikam
Syarah ke-10.
“Ruhnya Amal yaitu Ikhlas”
(Oleh:
Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Dalam Kitab Al-Hikam karya Syaikh Ibnu Atha'illah as-Sakandari memberikan
pernyataan bahwa hakikat Ikhlas jarang diketahui orang. Ulama besar sufi
kelahiran Alexandria Mesir ini mengatakan bahwa ruhnya
amal adalah ikhlas. Beliau mengatakan:
٭ الاَعمالُ
صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭
"Amal
perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah
terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."
Beliau berpandangan bahwa amal ialah, geraknya badan
lahir atau hati. Amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad. Ikhlas merupakan
ruhnya. Jadi, jika badan tanpa ruh berarti mati. amal lahir atau amal hati itu
bisa hidup hanya dengan adanya ikhlas. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam
QS.Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (Ikhlas) kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Allah SWT pun
telah menyatakan dengan tegas terkait perlunya sikap Ikhlas dalam menyembah-Nya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Az-zumar ayat 2:
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu
Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan (Ikhlas) kepada-Nya.”(QS.Az-zumar : 2)
Terkait dengan masalah “Ikhlas”, Imam Hasan Al-Bashari, barkata, “Aku pernah bertanya kepada shahabat
Hudzaifah r.a. tentang ikhlas, beliau menjawab: Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang makna ikhlas, Beliau pun menjawab: Aku pernah menanyakan
tentangg ikhlas itu kepada Malaikat Jibril a.s dan Beliau menjawab: Aku pernah
bertanya tentang hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan Allah SWT menjawab: "IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasia-Ku yg Kutitipkan
di hati hamba-Ku yg Aku cintai."
Sikap Ikhlas itu berbeda atau bertingkat
sesuai dengan perbedaan orang yang beramal. Keikhlasan orang yang
bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan melakukan amal perbuatan itu telah bersih
dari pada riya' yang tampak ataupun yang tersembunyi, sedangkan tujuan amal
perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada
hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan dari neraka-Nya.
Sesungguhnya keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah SWT,
yang beramal hanya karena mengagungkan Allah,karena hanya Allah dzat yang wajib
di Agungkan, tidak karena pahala atau selamat dari siksa neraka. Sayyidah
Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada Allah SWT: “Ya Allah, sesungguhnya saya beribadah kepadamu bukan karena takut
nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu.” Perkataan ini masih
menganggap dirinya yang beribadah (mengaku bisa beribadah).
Keikhlasan orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Allah SWT.
Mereka selalu melihat kepada Allah, gerak dan diamnya badan dan hatinya itu
semua atas kehendak Allah, mereka tidak merasa kalau bisa beramal,kecuali
diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
Para ulama berkata: "Luruskan
amalmu dengan ikhlas dan luruskan ikhlasmu dengan berlepas dari segala daya dan
kekuatan." Dikisahkan, suatu hari Rasulullah SAW berkumpul dengan
beberapa sahabatnya, datanglah seorang wanita kafir membawa beberapa buah jeruk
sebagai hadiah. Rasulullah SAW menerimanya dengan senyuman gembira. Lalu
mulailah jeruk itu dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tersenyum, sebiji demi
sebiji hingga habislah semua jeruk tersebut. Ketika wanita itu meminta izin
untuk pulang, maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit
pun Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun
menjawab: "Tahukah kamu, sebenarnya
buah jeruk itu terlalu asam sewaktu saya merasakannya pertama kali. Kalau
kalian turut makan, saya takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan
dahi atau memarahi wanita tersebut. Saya takut hatinya akan tersinggung. Sebab
itu saya habiskan semuanya."
Posting Komentar untuk " Mengambil Hikmah dari Al-Hikam Syarah ke-10. “Ruhnya Amal yaitu Ikhlas”"