MANAJEMEN QOLBU YANG TEPAT, RAIH BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT
MANAJEMEN QOLBU YANG TEPAT, RAIH BAHAGIA DUNIA
DAN AKHIRAT
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Sesungguhnya
di dalam tubuh ini terdapat tiga bagian penting yang sangat mempengaruhi
tindakan atau perbuatan sesorang dalam kehidupannya. Ketiga hal penting tersebut
adalah akal, jasad, dan qolbu. Akal membuat orang dapat bertindak tepat
sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan tubuh bertugas menjalankan apa yang
diperintahkan oleh akal. Untuk membimbing akal agar dapat menugaskan tubuh
melakukan perbuatan yang yang baik dan mulia maka perlu bimbingan dari Qolbu.
Dengan demikian, harus menjadi perhatian khusus terkait dengan upaya untuk
menjaga kualitas Qolbu di dalam diri agar mampu membimbing akal yang pada
akhirnya akan menugaskan tubuh atau jasad untuk melakukan tindakan yang baik
dan mulia.
Dari
An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ
وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ،
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan
Muslim no. 1599).
Jadi, hal
yang terpenting dari manusia ternyata bukan hanya kecerdasannya, tetapi yang
membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang akan membimbing menggerakkan
anggota tubuh untuk bertindak yang benar. Dalam hal ini maka fungsi qolbu
sangat berperan. Oleh karenanya, menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali
kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia,
kecuali kekuatannya digunakan pada jalan yang benar.
Sesungguhnya,
Allah SWT telah mengingatkan kita tentang potensi qolbu di dalam diri kita
melalui firman-Nya dalam QS.Asy-Syams ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
Begitulah,
qolbu ini memiliki potensi negatif dan potensi positif. Sungguh, Allah SWT
telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dalam hal inilah pentingnya peran dan fungsi
dari manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan, pengaturan atau
pengendalian. Sebuah sistem atau mekanisme dengan manajemen yang baik, dengan
pengelolaan yang baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan
membuahkan hasil yang optimal.
Manajemen
merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Melalui
proses manajemen, manusia mampu mengenali kemampuannya atau potensi dirinya, baik
kelebihan atau kekurangannya sendiri. Manajemen menunjukkan cara-cara yang
lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Manajemen telah
memungkinkan kita untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam rangka pencapaian
suatu tujuan. Manajemen juga dapat memberikan prediksi agar dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan yang serba cepat.
Terkait
dengan sikap antisipasi ini, Al-Qur’an
telah memberikan stimulasi mengenai perlunya manajemen, sebagaimana Firman
Allah SWT dalam QS,Al-Baqarah ayat 282.
.....
وَلاَ تَسْئمُوْآ اَنْ تَكْسُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِِلَى اَجْلِهِ قلى ذلِكُمْ
اَقْسَطَ عِنْدَ اللهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنى اَلاَّ تَرْتَابُوْا
اِلاَّ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَلاَّ تَكْتَبُوْهَا ....
“
… Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi Alloh dan lebih
dapat menguatkan persaksiat dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu, (tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu (jika)
kamu tidak menulisnya ….” (QS. Al Baqarah: 282 )
Disamping
ayat Al Qur’an, terkait pentingnya manajemen, terdapat pula dalam bebrapa petikan
Hadits Nabi SAW berikut ini:
Pertama: Planning (niat
yang didasari Perencanaan yang Matang), sebagai formulasi tindakan dimasa
mendatang, diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Niat
merupakan padanan planning yang bersikap intrinsik dan manusiawi. Terkait
dengan perihal Niat yang didasari dengan perencanaan ini, Rasulullah SAW telah
bersabda:
ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا
الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى
مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya.
Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena
wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR.
Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Kedua: Organizing (Tata Kelola Organisasi) adalah upaya
mempertimbangkan suasana organisasi, pembagian pekerjaan, prosedur pelaksanaan,
pembagian tanggung jawab dan lain-lain.
Hadits
Nabi SAW : “Hendaklah kamu berada dalam jama’ah, karena sesungguhnya
jama’ah itu rahmat, sedangkan perpecahan itu adab.”
Ketiga: Comunicating,
Hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa dalam proses komunikasi harus memperhatikan
kemampuan atau berorientasi pada khalayak, sehingga feed back-nya
sesuai dengan harapan. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
حَدِّثُوا
النَّاسَ، بما يَعْرِفُونَ أتُحِبُّونَ أنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ ورَسولُهُ
“Bicaralah
kepada orang lain sesuai dengan apa yang mereka pahami. Apakah Engkau ingin
Allah dan Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari no. 127).
Keempat: Controlling. Dalam
hadits dinyatakan : “Tidak ada
seorang hamba yang siberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin lalu ia tidak
memelihara dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan kepadanya bau
surga.”
Kelima: Motivating; yaitu
memberikan dorongan semangat untuk mencapai tujuan bersama sebagai wujud rasa
saling menyayangi. Sebagaimana Hadits Nabi SAW :
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ
فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاء
Para
penyayang akan disayangi oleh ar-Rahmaan (Allah). Sayangilah yang ada di bumi,
niscaya yang ada di langit akan menyayangi kalian (H.R atTirmidzi dari Abdullah
bin ‘Amr)
Keenam: Actuating; yaitu Pola
pekerjaan yang terpadu dan tersusun dengan baik. Dalam shahih Muslim disebutkan
beliau Rasulullah SAW bersabda:
المُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كالبُنْيانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا
“Seorang mukmin dengan mukmin lainnya
ibarat sebuah bangunan, saling menguatkan sesama mereka.” (HR.
Muslim no. 2585).
Dari
definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen (Idaarah)
ialah suatu proses dari kegiatan usaha yang terdiri dari planning, organizing,
communicating, controlling, staffing, motivating, actuating yang diterapkan
individu atau kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan (berupa Visi dan Misi Organisasi).
Adapun
kata
Qolbu memiliki dua makna, baik makna lugas (denotatif) maupun bermakna kiasan
(konotatif). Pertama, secara lugas anatomi Qolbu dimaknai
sepotong daging yang bentuknya menyerupai tumbuhan sanaubar yang teletak di
bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Kedua, makna
kias Qolbu adalah sebuah latifah (Sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak
kasat dan tidak dapat diraba) yang bersifat Robbani Ruhani. Latifah tersebut
sesungguhnya adalah jati diri atau hakekat.
Sejalan
dengan makna yang kedua ini, yang perlu dipahami bahwa makna hati (Qalbu)
tersebut adalah bagian (komponen) utama manusia yang berpotensi menyerap
(memiliki daya tanggap atau persepsi) yang dapat mengetahui dan mengenal, yang
ditujukan kepadanya segala pembicaraan, penilaian, kecaman dan pertanggung
jawaban.
Sesungguhnya,
Qolbu merupakan hati nurani atau lubuk hati yang paling dalam, yang merupakan
sarana terpenting yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia. Hati
adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan
seseorang “Berharga ataukah sia-sia, mulia ataukah hina/nista”. Niat ini
selanjutnya diproses oleh akal pikiran agar bisa direalisasikan dengan efekif
dan efisien oleh jasad kita dalam bentuk amal perbuatan.
Pada
hati itulah, organ badan lainnya mengambil keteladanannya, dalam ketaatan atau
penyimpangan selalu mengikuti dan patuh dalam setiap keputusannya Nabi SAW
bersabda :
، إِذَا صَلَحَتْصَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَالْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلآ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah,
sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik,
baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal
daging itu adalah kalbu (jantung).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hati
manusia itu memiliki komponen sifat hidup, sakit dan mati. Dalam tataran ini,
hati manusia diklasifikasikan menjadi tiga :
Pertama: Qolbu Shahih/Qolbun
Salim (hati yang suci). Yaitu hati yang sehat dan bersih dari setiap
nafsu yang menentang perintah dan larangan Allah, dan dari setiap penyimpangan
yang menyalahi keutamaan-Nya.
Kedua: Qalbun Marid. Yaitu
hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan
benih-benih penyakit. Tepatnya, kondisi hati ini kadang-kadang ia “berpenyakit”
dan kadang pula ia hidup secara normal, bergantung ketahanan (kekebalan)
hatinya.
Ketiga: Qolbun
Mayyit (hati yang mati). Yaitu hati yang tidak pernah mengenal Allah
SWT; tidak menyembah-Nya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. Akan tetapi,
ia hanya asyik dengan syahwatnya dan
memperturutkan keinginannya. Walaupun hal ini menjadikan Allah SWT murka kepadanya.
Kesimpulannya,
hati (Qolbu) merupakan sifat (tabiat) batin manusia. Sehingga, tidak
berlebihan, apabila hati (Qolbu) dituntut
untuk selalu menjaga dan memeliharanya dari sesuatu yang dapat mengotorinya.
Bertitik
tolak dari uraian makna Manajemen dan Qalbu di atas maka dapat diperjelas bahwa
definisi Manajeman Qalbu adalah suatu proses kegiatan yang diterapkan oleh
individu untuk mengelola, reconditioning
dan mengatur hati sehingga dapat mencapai kesempurnaan manusiawi (insan
kamil) dan berusaha merealisasikan kebahagiaan hidup baik di dunia
maupun di akhirat.
Posting Komentar untuk "MANAJEMEN QOLBU YANG TEPAT, RAIH BAHAGIA DUNIA DAN AKHIRAT"