Mari Kita Amalkan 7 Wasiat dari Rasulullah SAW ini dalam Kehidupan
Mari Kita Amalkan 7 Wasiat dari Rasulullah
SAW ini dalam Kehidupan
(Oleh:
Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Sosok Jandab
bin Janadah, yang cukup dikenal dengan nama Abu Dzar Al-Ghifari, merupakan
salah seorang sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW. Ia dikenal sebagai orang yang
baik akhlaknya, ramah sikapnya , dan santun perangainya . Terdapat perkataan
dari ‘Ali bin Abi Thalib, sebagaimana yang dikutip oleh Al-Mizi dalam Tahdzibul
Kamal, Beliau mengatakan, “Saya mendengar
Rasulullah SAW berkata, ‘Setiap nabi diberikan tujuh orang (sahabat) mulia dan
halus (sifat dan tabiatnya), sementara aku diberikan 14 orang yang baik lagi
halus bawaannya.” Di antara sahabat yang dimaksud Rasulullah SAW ialah Abu
Dzar Al-Ghifari.
Menurut
catatan dalam sejarah, bahwa Abu Dzar pertama kali masuk Islam di kota Mekah, dan
ia pergi ke Madinah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah. Abu Dzar wafat pada tahun
32 hijriah, masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Rasulullah pernah
berpesan tujuh hal kepada Abu Dzar semasa hidupnya. Wasiat ini terukir dalam
kitab Bughyatul Bahits ‘an Zawaid Musnad Harits karya Ibnu Abi Usamah
(w 282 H). Isinya berikut ini:
أوصاني خليلي بسبع: أنظر إلى من هو أسفل مني، ولا
أنظر إلى من هو فوقي، وأن أحب المساكين وأن أدنوا منهم، وأن أقول الحق وإن كان مرا،
وأن لا أسأل أحدا شيئا، وأن أصل الرحم وإن أدبرت، وأن لا أخاف الله لومة لائم وأن أكثر
من قول لا حول ولا قوة إلا با الله
Artinya,
“Karibku (Nabi Muhammad SAW) mewasiatkan tujuh hal kepadaku: Pertama,
agar aku senantiasa melihat orang yang di bawahku dan jangan sekali-kali
melihat orang yang di atas; Kedua, mencintai orang miskin dan
mendekati mereka; Ketiga, selalu berkata benar, meskipun pahit; keempat,
tidak meminta-minta kepada siapapun; Kelima, menjalin tali silaturahmi
sekalipun mereka berpaling; Keenam, tidak takut dicaci ketika
berdakwah di jalan Allah, Ketujuh; memperbanyak membaca la
haula wa quwwata illa billah.”
Sesungguhnya,
tujuh pesan yang disampaikan Nabi SAW tersebut tentunya tidak terkhusus untuk
Abu Dzar semata. Kendati wasiat ini disampaikan kepadanya, namun makna hadits
ini tetap berlaku umum. Siapapun dianjurkan bahkan diwajibkan. Ini sejalan
dengan kaidah, al-‘ibratu bi ‘umumil lafdzi la bi khususis sabab (yang menjadi patokan keumuman redaksi
hadits, bukan konteks spesifiknya). Jika kita tela’ah berdasarkan redaksi isi
wasiatnya, sebagian besar nasihat Nabi SAW ini tampaknya sangat layak untuk dijadikan
panduan dalam menjalani kehidupan yang sangat penuh dengan ujian. Terlebih
lagi, isinya (kontennya) tidak hanya berisi ritual ibadah, tetapi juga berupa
panduan dalam beretika (berinteraksi sosial), memberi motivasi dalam hidup, dan
panduan dalam bermasyarakat. Contoh sederhana, bagaimana Nabi SAW meminta kita
agar memperbanyak untuk melihat orang yang strata ekonominya berada jauh di
bawah kita dan janganlah terlalu fokus pada orang yang strata ekonominya jauh di
atas kita. Pesan yang ingin disampaikan, bahwa dalam menjalani kehidupan tentu
ada orang yang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal harta kekayaan, dan sering
kali kita merasa iri terhadap orang yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT, yang
mengakibatkan diri kita malah menjadi orang yang kurang mensyukuri akan karunia
dari Allah SWT. Sesungguhnya, dengan banyak melihat atau memperhatikan kondisi kehidupan
seseorang yang berada jauh di bawah kita baik dari sisi ekonomi, pendidikan,
maupun kesehatan, maka hal ini akan memupuk keprihatinan dan rasa syukur
terhadap nikmat yang sudah diberikan Allah SWT kepada diri kita. Begitu pula
dengan anjuran mencintai fakir miskin dan mendekati mereka. Kita dituntut agar
berempati dengan wujud memperhatikan mereka dan memberikan sebagian kelebihan
yang kita miliki untuk membantu kehidupan mereka. Dengan memberikan
bantuan terhadap fakir miskin tersebut tentunya akan membuat ikatan
persaudaraan dan kemanusiaan kita semakin menguat. Dengan demikian, dapat kita
rumuskan terkait dengan 7 Nasehat dari Rasulullah SAW dengan rumusan sebagai
berikut:
Pertama: Lihatlah
ke bawah, jangan Melihat Ke Atas
Agar
hidup bahagia dan selalu bersyukur, maka lihatlah orang-orang yang ada dibawah
kita, jangan melihat orang yang berada di atas kita. Tujuannya agar kita
senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Lihatlah
kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di
atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat
Allah yang telah diberikan kepadamu“. (HR. Bukhari)
Melihat
ke atas diperbolehkan jika untuk memotivasi dalam meraih mimpi dan cita-cita,
tapi untuk urusan materi dan penghidupan hendaklah melihat ke bawah agar
kita selalu merasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia Allah SWT.
Kedua:
Cintailah Orang-Orang Miskin
Orang-orang
miskin bukan untuk dijauhi tetapi didekati bahkan Rasul memerintahkan untuk
mencintainya. Lalu seperti apakah orang-orang miskin yang dimaksud Rasulullah?
“Mereka ialah orang yang hidupnya tidak berkecukupan dan tidak memiliki
kepandaian untuk itu, lalu dia diberi shodaqoh (zakat) dan mereka tidak mau
meminta-minta sesuatu pun kepada orang lain“. (HR. Muslim, Abu Dawud dan
An-Nasa’i)
Rasulullah
bersabda yang artinya: “Wahai orang-orang yang miskin, aku akan memberikan
kabar gembira kepada kalian, bahwa orang mukmin yang miskin akan lebih dahulu
masuk surga daripada orang mukmin yang kaya, dengan tenggang waktu setengah
hari, itu sama dengan lima ratus tahun. Bukankah Allah berfirman: Sesungguhnya
sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu“.
Ketiga:
Katakan Kebenaran itu meskipun terasa Pahit
Rasulullah
SAW berpesan agar selalu berkata benar meskipun pahit, artinya Rasul melarang
untuk berdusta atau berbohong dan
jujur merupakan suatu kebaikan meskipun hal yang disampaikan itu menyakitkan.
Untuk
berkata benar dan selalu berkata jujur memang sangat sulit, apalagi yang harus
disampaikan atau diucapkan adalah sesuatu yang sangat pahit. Namun itulah
mengapa derajat orang-orang yang berani menyampaikan sesuatu yang benar akan
diangkat oleh Allah SWT dan diberikan kedudukan yang tinggi.
Keempat:
Janganlah Meminta-minta Kepada Siapapun, Berikhtiarlah
Rasulullah
memerintahkan kepada umatnya untuk tidak meminta-minta kepada siapapun. Karena
pada awalnya hukum meminta-minta kepada manusia adalah haram. Oleh karena itu,
Rasulullah menyuruh kita untuk berikhtiar semampu kita. Rasulullah bersabda:
Artinya:
“Sungguh, seseorang dari kalian mengambil talinya lalu membawa seikat kayu
bakar di atas punggungnya, kemudian ia menjualnya, sehingga dengannya Allah
menjaga kehormatannya. Itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada
manusia. Mereka memberinya atau tidak memberinya“. (HR. Bukhari)
Kelima: Perkuat
Jalinan Tali Silaturrahmi
Menyambung
silaturahmi yang dimaksud adalah menyambung hubungan kekerabatan yang
telah retak dan putus dan berbuat baik kepada kerabat yang berbuat jahat kepada
kita. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
Artinya:
“Orang yang menyambung kekerabatan bukanlah orang yang membalas kebaikan,
tetapi orang yang menyambungnya adalah orang yang menyambung kekerabatannya
apabila diputus“. (HR. Bukhari, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Silaturahmi
yang paling utama adalah silaturahmi kepada kedua orangtua. Orangtua adalah
kerabat yang paling dekat dengan kita, yang memiliki jasa sangat besar dan
merekalah yang memberikan kasih sayangnya kepada kita sepanjang hidupnya. Maka
tidak aneh jika hak-hak mereka memiliki tingkat yang paling besar setelah
beribadah kepada Allah. Birrul-walidain (berbuat baik kepada kedua
orangtua) ini adalah perbuatan baik yang paling baik setelah ibadah sholat
Keenam:
Janganlah takut dicaci ketika Berdakwah di Jalan lllahi
Sejak
dulu, berdakwah itu bukanlah perkara yang mudah. Akan banyak cacian, tudingan
buruk bahkan dibenci oleh orang-orang yang tidak beriman. Rasulullah SAW dan
para sahabatnya ketika berdakwah dan menyampaikan ajaran Islam banyak sekali
cobaan, hambatan, cacian bahkan serangan yang tidak ada hentinya, namun
Perjuangan beliau tak gentar sedikitpun dan tidak lagi diragukan kehebatannya
dalam menegakkan Agama Allah.
Rasulullah
mengajarkan kepada umatnya agar tidak takut dalam menyampaikan risalah dan
ajaran Islam. Beliaupun mengajarkan kepada kita untuk bersikap berani
menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang
yang berjihad di jalan Allah dan mereka yang tidak takut kepada celaan orang
yang suka mencela.
Ketujuh:
Perbanyaklah Membaca “laa haula walaa quwwata illa billah”
Pada
hakikatnya seorang hamba tidak ada yang memiliki daya dan upaya serta kekuatan
kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Sudah semestinya sebagai orang yang
beriman kita meyakini bahwa segala sesuau itu terjadi atas kehendak-Nya
sehingga kita harus banyak mengingat Allah dan memohon pertolongan hanya
kepada-Nya.
Dalam
kehidupan ini tidak ada yang lebih Kuasa melainkan Allah, hanya kepada Allah
lah kita mohon pertolongan. Apapun yang dilakukan manusia semuanya hanya
karena pertolongan dari Allah. Jika Allah tidak menolong, maka tidak ada
kemungkinan seorang hamba dapat melakukan segala sesuatu. Artinya, dengan
mengucapkan kalimat “laa haula walaa quwwata illa billah“, berarti
seorang hamba telah menunjukkan kelemahan, ketidakmampuan dirinya dan
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat membutuhkan
pertolongan dari Allah SWT.
Itulah
pesan atau wasiat Rasulullah yang disampaikan kepada sahabatnya Abu Dzar ra.,
yang bisa kita jadikan cerminan dalam menjalani kehidupan ini. Semoga kita pun dapat
mengamalkan 7 wasiat dari Rasulullah SAW ini dalam
kehidupan.
Posting Komentar untuk "Mari Kita Amalkan 7 Wasiat dari Rasulullah SAW ini dalam Kehidupan"